Bab 211
Aku pun segera keluar kamar. Ada rasa sedikit kasihan melihat Naira. Tapi perasaan itu segera hilang saat aku mengingat perlakuannya padaku. Segera ditunaikan kewajiban shalat Dzuhur yang hampir habis waktunya.
Saat selesai shalat aku mendengar tangisan Naira di dalam kamar. Pasti mas Rasyid sudah menceritakan keadaan anaknya. Kemana Mama pikirku, jangan sampai dia mendengar tangisan Naira. Aku baru akan beranjak ke kamar mereka saat Mama keluar kamarnya dan juga menuju ke kamar Naira.
"Rasyid, Naira ada apa. Kenapa Naira menangis seperti itu?"
"Rasyid, buka pintunya sekarang!" Suara mama mulai meninggi.
Pintu terbuka langsung mama merangsek masuk kedalam. Aku mengikuti dibelakang mama, kulihat mama memegang bayi yang sedang menangis dengan suara aneh.
"Kenapa anakmu Syid, apa yang terjadi sebenarnya."
Mas Rasyid hanya diam saja, sementara Naira masih menangis di tempat tidur.
"Ma, biar Naira istirahat dulu. Kita keluar yuk Ma." bujukku.