Bab 93
POV Arfan
"Aleysa, cucu nenek. Kamu kok tahu nenek ada di sini?" tanya ibu heran.
Aku juga heran, kok bisa Pak Arfan tahu kalau kami ada di sini.
"Gak tahu, tuh, Papa. Tadi aku memang minta ke ruang nenek, tapi papa malah bawa ke sini. Rupanya nenek sedang sakit, mana yang sakit, Nek. Kakinya, ya? Sini aku pijitin," celoteh Aleysa tak mampu mengurai kekakuan yang kurasakan dalam ruangan ini.
Ini para pria kenapa, sih? Sepertinya mereka sedang mengerahkan ilmu kasat mata yang mereka miliki masing-masing. Aura permusuhan sangat terasa diantara mereka. Namun, untuk apa mereka saling bermusuhan.
Apa karena memperebutkan diriku. Haha! Tentu saja tidak. Aku tidak seistimewa itu sampai diperebutkan dua orang CEO ganteng dan kaya raya.
Masih banyak gadis muda di luaran sana yang lebih pantas untuk mereka. Aku menepuk jidat karena pikiran gilaku tadi. Pak Rangga rupanya memperhatikan tingkahku, aku pun merasa malu jadinya.