Bab 92
POV Intan
Aku menyentuh tangan ibu yang tidak ditusuk oleh jarum infus. Wajah ibu yang tengah tertidur begitu damai dan tenang. Beliau sudah dipindahkan dari ruang IGD ke ruang rawat pasien di lantai tiga.
Aku bersyukur karena masih akeiis ibu sudah lewat. Masih tak bisa kulupakan wajahnya saat kesakitan tadi, sungguh membuatku takut dan khawatir akan keselamatan ibuku.
Drrrt! Drrrt! Drrt!
Aku menoleh pada Pak Rangga d yang berdiri di sampingku sejak tadi. Ponselnya bergetar, dia memberi kode akan menerima telepon di luar ruangan. Aku mengangguk dan dia pun bergegas keluar dari ruangan di mana ibu di rawat.
Ibu, maafkan aku karena tak bisa menjaga ibu dengan baik. Andai aja tadi kita langsung ke rumah sakit, pasti ibu tidak akan terbaring lemah begini. Aku menangisi di dalam hati menyesali kebodohanku.
"Intan," panggil Pak Rangga.
Aku menoleh padanya, rupanya dia sudah selesai menerima panggilan di ponselnya.
"Aku keluar sebentar, ya," pamitnya.