Oslan mengendurkan dekapannya, dua tangannya sontak terlepas dari tubuhku. Rautnya berubah tersipu malu. Mengundurkan tubuhnya sembari membuang wajah ke lain arah. Kami berdua sama-sama gugup.
"Maaf." Oslan merasa sangat canggung setelah melakukan kekonyolannya.
Tapi, bagiku ini biasa terjadi pada seorang sahabat. Hanya saja, Oslan terlalu berlebihan, aku jadi kurang nyaman karena sikapnya.
Oslan beranjak, melenggakkan kepalanya datar, lalu melirik ke samping—tempatku berada masih terduduk rapi. Aku yang menatap perubahan tingkahnya seakan ragu dari kelakuannya.
"Gue harus dateng ke sana." Oslan memberi keputusan, serius, nadanya cukup terdengar datar.
"Gue ikut." Bahkan diriku ikut menegak, tanganku sengaja menyentuh pergelangan tangannya.