"Kok lo tahu sih, Ko?"
"Bukannya kakak udah ngasih foto itu ke gue. Lo beruntung, karena adik sepupu lo ini punya otak bagus dan lancar!"
Aku menelengkan kepala, berharap, kali ini kami akan berhasil membuka memori lamaku yang menjadi penghalang hidup.
"Lo emang mahir segalanya, Ko." Pujianku mengangkat alis sebelah meninggi. Sepertinya, Riko sudah tumbuh menjadi pria dewasa.
Dia sudah berhasil menjadi mahasiswa yang baik dan sukses. Apa lagi, ujian skripsi sudah dilalui dengan baik. Aku menjatuhkan salah satu tanganku ke atas bahunya. "Lo emang pejantan tangguh!"
Aku hendak membuka pintu, tetapi tangan Riko mencegatku, hingga dia menggeleng.
"Jangan. Kita harus menyusun tujuan dulu. Jangan masuk sembarangan sebelum bertindah. Sekarang, kak Ocha duduk di sini. Biar gue yang masuk cari dia." Riko menjulurkan telapak tangannya melebar, seperti orang meminta jatah makanan, uang, atau semacamnya.