Aku mundur, setelah pengucapannya terdengar nyata, menyatu dengan suaranya yang tegas. Beruntung, di sini tidak banyak mata yang memperhatikan. Mereka berlalu, tapi berpura-pura tidak lihat.
Tapi Jose, di hadapanku, sengaja menyebutkannya. Seorang pria, dia memiliki nama yang tidak ingin aku sebutkan.
"Jose. Gue nggak yakin, gimana lo bisa cari tahu tentang gue." Kepalaku menggeleng, terus merasa resah.
"Udah gue tebak. Dan lo pikir, lo bisa seenaknya cari tahu soal gue? Lo tahu, Riko sengaja datengin kantor gue cuma bilang kalo lo butuh seseorang yang dicintai dengan benar." Kali ini Jose mengeluarkan nada seriusnya, urat nadi yang menggeliat di antara badan leher sungguh kekal.
Dua tangannya jatuh dari dalam saku celana. Dia menarik lenganku secara paksa, lalu menatapku tanpa kehangatan. "Ocha. Lo harus belajar tahu segalanya. Gue bakal bantu lo, sampai semuanya ketemu dan inget semuanya."