Bicaraku sangat datar, sehingga aku tidak akan berkata bohong lagi kepada ahli pembaca segala pergerakan mimik. Beliau pasti akan membaca setiap pergerakan tangan, mulut, bibir, bahkan kerutan di keningku. Selagi dia sangat memperhatikan segalanya dari atas hingga ke tangan.
Tak terhitung di kaki karena aku menyembunyikannya.
"Pernikahan kontrak?"
Nadanya seolah-olah tak mengerti bahwa aku memilih dalam pernikahan ini. Jika aku disuruh memilih mana yang lebih baik, aku akan memilih untuk tidak menikah.
Yah, tidak semua keputusan semua wanita tercapai dengan keinginannya. Bahkan dalam kekalutan mereka perlu namanya sebuah petunjuk untuk memilih.
"Ya."
Aku terangguk pelan, ragu-ragu kalau dokter sangat tidak memahami, atau dia sedang meledekku.