"Ngapain terima kasih, Cha? Ini hanya percobaan sementara. Lagian lo lebay amat." Oslan malah menggeleng-gelengkan kepala, dia berkirai dari hadapanku.
Aku melihat tawa kecilnya melewati keberadaanku yang tengah dirundung malu. Betapa menyulitkan karena dia sedang menertawakanku dari belakang.
"What? Maksudnya apaan coba? Balas dendam?" Kepalaku miring, bertanya-tanya akan ucapannya dengan sengaja mendahuluiku. Lalu aku mulai memperhatikan ke ujung sudut taman kolam.
Di sana, ada banyak wanita berparas cantik. Kurasa, kami seakan terlihat sama karena akan melakukan persaingan.
'Jadi, ini cuma awal.'
Dalam hatiku kecewa, tampaknya mereka berdandan dengan sempurna agar bisa bersaing dan terpilih menjadi yang terbaik.
Oslan memiringkan tubuhnya, aku harus menunggu dia memberi aba-aba. Tapi tidak, aku segera menghampiri dirinya karena dia termasuk pria yang akan selalu membimbingku.