Tak perlu dijelaskan seberapa jauh kami harus menempuh perjalanan menuju Jakarta Utara. Kurasa tidak terlalu penting untuk membahas soal kedatangan Oslan yang secara tiba-tiba. Bahkan kedekatan Oslan dengan Sefana membuatku sedikit penasaran.
Akan tetapi, hal terpenting sekarang ialah rumah besar tuan Berto. Sepertinya, orang besar itu bisa saja menunggu kedatanganku.
Aku yang menjadi korban setelah mendiang nyonya Melisa melahirkan seorang bayi, dia menjadi sangat frustasi. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi saat itu? Bahkan di sisi lain, aku sangat penasaran kenapa semua itu terjadi.
Dengan begitu, kami harus memarkirkan mobil ini tepat di depan sebuah tembok tinggi nan gagah. Pintu gerbang tidak akan sembarangan dibuka oleh seseorang, terkecuali jika ada yang melihat setelah diberi izin.
"Os, sebaiknya lo di sini aja. Gue nggak akan kenapa-napa kok. Lagian, di rumah ini ada adiknya Jose," pintaku setelah keluar dari ruangan mobil.