Kali ini posisi kami sudah berubah. Aku, Sefana, bahkan Jose sendiri sudah saling menatap di antara dudukan sofa di dalam ruangan. Di balik dinding rumah yang disekat oleh tiang berlubang, ruangan tamu yang memang berhadapan dengan lokasi dapur kecil.
Pada dasarnya, mereka tidak akan terlalu repot melangkah jauh ke dapur paling dalam untuk mengambil minuman atau pun makanan. Jadi, hanya beberapa tapak saja, maka cukup membawa tatakan berisi minuman ke balik belakang.
Jose menaruh seluruh pandangan matanya ke hadapan Sefana, lalu sesekali melirik dokumen usang yang memang membuatnya bingung sendiri.
"Saya baru tahu soal ini, Kak Sefa." Dengan kata sekaligus menganggap Sefana sebagai kakak ipar sebenarnya.
Ini cukup canggung, ketika kami menikah saja belum sepenuhnya benar. Pernikahan kontrak yang kami jalani sedikit menyinggung serta merugikan kehidupanku secara pribadiku.