Krek!
Pintu kamar terbuka dengan sendirinya, ah, bukan. Ini aku yang membukanya dengan setengah kesadaranku. Saat mbak Mina mendengar kata 'terkutuk', jadi aku langsung beranjak untuk membuka lokasi luar kamar.
Paling tidak, aku bisa melihat raut mbak Mina dengan cara menjelaskan setiap kata yang aku sebutkan tadi.
"Nggak, Mbak. Bukan mbak Mina kok." Kepalaku sekaligus menggeleng, mengatakan kepada mereka bahwa aku senantiasa memberitahu kepada penjelasan yang mengarah pada satu tujuan.
Tujuan kata itu sebenarnya mengarah pada seseorang, yakni pria yang sudah menikahiku secara diam-diam.
"Oh, bukan saya ya, Non?" Mbak Mina memiringkan kepalanya membingungkan.
Aku tidak akan menunggu dan memperhatikan sejenak raut wajah mbak Mina dengan penuh sempurna. Kakiku lepas landas untuk melewati tubuhnya tanpa berekspresi. Mbak Mina bahkan langsung sigap dengan gerakan cekatannya menyusul langkahku.