Sudah hampir dua jam aku merintih air mata di kamar. Rasa takut membesukku, tak berani beranjak dan pergi keluar dengan bebas.
Perasaan takut itu masih ada, aku berdoa semoga saja masalah di Jakarta membuat Baron tidak bisa pulang ke Bali dengan segera.
Aku merasa tidak aman berada di sini, tetapi diri ini juga bingung apa yang harus dilakukan.
'Apa yang harus gue lakuin?' Gelisahku dalam hati. Pertanyaan itu sudah terlontar belasan kali, bahkan aku sudah lelah jika harus bertanya tentang itu.
Akan tetapi, hatiku terus-menerus ingin keluar dari sini. Berbagai rencana telah kurancang, namun kembali dipatahkan oleh para pengawal di sini yang menjaga dengan ketat.
Kini, aku hanya bisa menangis tersedu-sedu. Bingung jalan apa yang harus kuambil begitu saja?
Ketika tengah merenungi nasibku yang malang ini, pintu terbuka tiba-tiba membuat jantungku kembali berdetak dengan cepat.
"Apa itu Baron?" Aku benar-benar khawatir jika yang datang adalah Baron.