Kamar ini sudah terasa seperti kotak perhiasan yang membuatku sulit bernapas.
Lemari, sofa, lampu gantung kristal bening di atas sana tak ubahnya seperti perhiasan di dalam kotak.
Sama seperti diriku. Perhiasan dari seorang Jose. Terkurung dalam kamar mewah. Tidak boleh keluar dari kotak kamar sebelum pemilik kotak itu membuka dan mengambilnya.
Huuh ... menyebalkan!
Membayangkan keramaian di luar sana tidak berhenti aku tatap.
Rasa penasaranku terhadap kehidupan malam Dubai sedikit mengusik. Padahal Jose bisa mengutus dua pengawalnya untuk menemaniku berjalan-jalan di luar sana.
Entah apa maksudnya memintaku untuk tetap tinggal di kamar.
"Duh, ini namanya bukan tamasya ke luar negeri. Tapi jadi temen bisnisnya doang!" gerutuku hanya bisa tertahan.
Permintaannya itu langsung menepis rasa kebahagiaanku saat makan siang bersamanya dan dilanjutkan jalan-jalan tadi.
Mata dan tangannya penuh kehangatan dan perhatian. Meski tak kuungkapkan, Jose tahu aku senang bersamanya tadi.