"Gue kan udah bilang kalo kamar kita harus terpisah."
Jose melayangkan tangan kanannya ke arah Yoanto dan Agam, meminta mereka untuk meninggalkan ruangan ini.
Lalu tangan itu masuk ke saku celananya kembali. Gaya khasnya sudah terlihat. Aku bergidik saat merasakan tatapan tajam Jose terarah padaku. Aku sudah mengantisipasi dia akan menyerang balik dengan pertanyaan juga.
"Apa lo nggak ngerasa heran dengan dua kamar terpisah itu? Bagaimana kalo orang-orang ngelihat pasangan suami-istri punya dua kamar yang terpisah?"
"Apa orang-orang itu memeriksa ruangan kita, enggak kan?" cecarku ketus.
"Ya tidak, tapi sekamar itu lebih baik daripada kita terpisah. Gue nggak bisa ngemastiin keamanan lo kalo nggak bisa liat lo."
Alis Jose terangkat sedikit dari matanya. Seolah-olah dia menawarkan logika yang tak bisa kutolak. Tapi aku tak mau menyerah.
"Justru ketakutan lo yang berlebihan itu buat gue jadi susah."