Kata maaf yang menyisakan kecurigaan bagi diriku. Pikiranku seakan digelutu oleh permasalahan bercampur aduk. Ini seperti jawaban keliru dalam hidupku. Dimana pelita hidup bukan lagi pelita keluarga, melainkan ruang tanpa cahaya.
Suram sekali, ketika aku menerawang keseluruha wajah ibu. Nyonya Elina melontarkan sesuatu yang tidak ingin aku dengar. Tapi bagaimana lagi? Dia sudah berkata begitu, tangannya bahkan langsung mengendur jauh.
Setelah itu, dia berbalik badan, kembali pada posisi jalanan yang sudah dikelilingi oleh jalan luas. Aku yang terpaku malah bodoh, tidak mengacuhkan kepergian ibu yang sudah merawatku dari kecil.
'Mama, makasih karna udah ngerawat Ocha dari kecil. Ocha nggak akan lupa. Tunggu sebentar lagi.'
Seolah-olah aku punya rencana lain, selain pergi dari kota ini, atau mungkin aku sedang merencanakan kepergian ke suatu tempat. Aku seakan menginginkan pergi sejauh mungkin, sehingga tidak ada yang bisa mencariku ke mana pun aku pergi.