Aku malu dalam hati ketika tebakanku salah dalam memilih jawaban tentang penglihatan Sesil di depan. Sosok pria yang tengah berdiri terdiam mematung menunjukkan wajah tanpa ekspresi.
Fito, dia sahabat kami yang tidak pernah jauh dari keberadaan kami berdua. Sesil akhirnya menjatuhkan pandangan wajahnya meruntuh kurang nyaman.
Sementara itu, Fito disambut oleh ketiga rekannya—di mana semua orang itu adalah pria. Kaum pria yang tengah jalan-jalan di seputaran Monas. Kami hanya memandang dalam jarak yang cukup jauh, kurang lebih sekitar belasan meter.
Rupa dari Fito pun langsung berubah. Entah dia berpura-pura senang setelah melihat kami? Atau dia baru sadar akan keberadaan kami membuatnya kabur di antara kesempatan yang ada.
"Yuk, Cha!" Sesil mengubah arah langkah jalannya.