Suara-suara mereka ramai. Hingga tak bisa aku dengar satu per satu kalimat yang keluar. Perkumpulan kami tercekik sesaat oleh kerumunan orang banyak. Ada yang lebih dulu mengacungkan ponsel untuk meminta gambar.
"Hei, kalian dilarang mendekat!"
Pengawalku—Danuar mencegah salah seorang pria untuk mengambil gambarku bersama mereka.
"Eh, Danuar!" pekikku mencegat perlakuan kasarnya.
Kemudian si pria tadi mulai terlihat kikuk, melenturkan senyumannya untuk mendapatkan foto diriku bersamanya. "Biar kita semua mengambil fotonya." Aku menghampiri si pria yang mungkin salah satu fans dariku.
Oslan sigap menghampiri, menelaah diriku agar tidak berkomunikasi langsung kepada pria asing tersebut.
"Maaf, Pak. Di sini kami sedang syuting, jadi kalau ingin mengambil foto nona ini, anda harus menunggunya selesai syuting nanti. Dan itu tidak lebih dari satu foto." Oslan begitu sigap melawan setiap orang yang masuk terlebih dahulu.