Sesil dan Oslan. Mereka saling bertatapan dipisahkan jarak pandang sekitar satu meter. Dari arah satu kursi lain ke kursi depan, sedangkan meja menjadi pembatas di antara mereka berdua.
Aku memperhatikan keduanya yang saling mengirim pesan tanpa bahasa. Sepertinya mereka akan bereuni setelah sekian lama. Hanya saja ini kebetulan karena takdir yang telah mempertemukan mereka berdua.
Lantas, apa yang akan dikatakan oleh Sesil kepada Oslan? Bahkan sebaliknya.
"Ehem!" Akhirnya aku berdeham, saking menggelikan mereka yang saling menatap lurus tanpa berkedip sama sekali.
"Oh, gue juga nyaris lupa sama cewek yang namanya Sesil. Ternyata, kita ketemu lagi, nggak nyangka banget!" Oslan menundukkan pandangan kepalanya.
"Dan gue juga nggak nyangka, malam itu e lo. Gue sama sekali nggak ngeh kalo mereka nyebutin tentang lo," ungkap Sesil seakan membongkar masa lalunya.