"Tante Mei apa kabarnya?" Aku membalas pelukan dari ibunya Sesil.
Ibu dari sahabatku yang sudah menjalin hubungan baik sejak sekolah dulu. Jemarinya penuh hangat menepuk pelan punggungku. Kemudian, dia mengendurkan tubuhnya sambil memegang bahuku dengan erat.
"Sehat dong, Cha. Gimana kabar mama sama papa kamu? Nanti kita makan siang sama-sama, ya." Ukiran senyuman ibu Sesil tampak bersinar mekar.
Aku melihat kelopak mata ibunya dipenuhi oleh kegembiraan. Kenapa dia begitu girangnya bertemu denganku kali ini? Tapi, sudah biasa kalau dia melakukannya demikian terhadapku. Ibu Sesil termasuk orang yang sangat sibuk.
Dari kebanyakan pekerjaannya adalah di luar rumah. Kebetulan hari ini kami bertemu dan saling bersapa hangat.
"Makasih, Tante,"