Anak kecil yang berlari cengeng, kembali pada pelukan seorang ibunya. Terlihat nyonya Elina meraba kepala anak kecil ke dalam pelukannya, lalu menggendongnya dengan erat.
"Kenapa kamu nangis, Nak?"
Sekitar empat tahun, anak kecil itu bermanja sambil memekik dengan keras. Tapi, raut sang ibu lantas bertanya seorang diri. Bahkan bingung dengan tingkah anak kecil itu. Namun, anak kecil itu adalah diriku sendiri.
Aku kesulitan untuk menjelaskan kesalahan dariku atau siapa pun. Tapi, jemariku mengacung ke samping. "Ocha terjatuh di sana, Ma." Akhirnya petunjuk buat ibuku—nyonya Elina tersampaikan.
Luka di lututku menjadi bukti bahwa aku benar-benar terjatuh sakit. Dan ibu segera merawat kakiku dengan lemah lembut. Tidak ada luka maka tidak ada sayang. Ibu mengelus kakiku dengan dibalutkan sebuah perban kecil.
Tapi aku tetap saja menjerit tak ingin dipaksa dibalut oleh perban. "Itu sakit, Ma."