Setelah makan siang selesai. Dengan bernapas sangat lega, aku melangkah berdampingan sang manajer menuju parkiran di samping bangunan. Entah kenapa? Dia begitu terobsesi dengan diriku yang hanya disebut sebagai aktris pendatang baru.
Akan tetapi, aku jadi sangat terharu karena dukungan besarnya kepadaku. Kepalaku sigap menunduk, menggamit dua tanganku begitu sopan. Tas tangan ini ikut ditengahkan.
"Saya pamit dulu, Bu Jenni."
Kata pamitku segera mengangsur perjalanan. Bu Jenni menepuk bahuku dengan santai. "Semoga sukses selalu! Termasuk proyek baru yang akan kalian jalani nanti."
"Makasih, Bu Jenni."
"Hmmm …." Aku berhenti, sembari menatap penuh ke dalam wajah bu Jenni.
"Ada apa?"
Ketika bu Jenni hendak mempersilakanku dalam sebuah pertanyaan. Maka daguku lebih terangkat tegas ke arahnya. "Apa Sesil boleh saya bawa?"