Di ujung kesepian malam nyaris tenggelam. Berharap, cinta Jose tidak sedang mekar di dalam kehidupanku. Hatiku yang sering berubah-ubah karena sesuatu yang mengusik, secepat kilat melangkah tanpa menunggu.
Aku akan meminta bantuan kepada dua pengawal langsung di tengah malam itu juga.
("Tolong bawakan sampel darah dan rambut milik tuan Darwis dan nyonya Elina. Mama dan papaku. Antar ke saya tepat di depan rumah sakit besok!")
Ponsel itu kembali tertutup.
Bahkan malam pun tak sempat berucap kata perpisahan, muncul generasi baru di ujung cahaya redup dari ufuk timur.
Sejengkal jarakku antara lantai mulai tersentuh menyatu. Aku menjatuhkan dua kakiku ke atas lantai dengan injakan paling bertekanan. Jadi, aku mulai meninggalkan sisi ruang yang tadinya menidurkanku.
Mandi, mekap sederhana, sarapan pagi seadanya. Kemudian, aku kembali meraih tas tangan yang sedang duduk di atas meja samping anak tangga.