"Nyokap Jose?" Oslan menautkan keningnya, sehingga di antara garisnya bergelombang.
Kepalaku melenggut sambil mengiayakan. "He em."
"Terus, apa hubungan kalian lagi nggak baik nih?" Oslan mulai ingin mengetahui banyak hal masalah keluarga ini.
"Hm," sahutku singkat.
Tapi, aku tidak akan meragukan tentang sikapnya kepadaku. Dia sudah aku cap orang baik dan peduli. Tanpa dirinya, aku tidak mungkin berdiri di atas panggung sandiwara.
Berkat Tuhan telah mengirim orang baik ini, aku bisa menemukan sisi kegelapan yang selalu hadir dalam mimpi buruk. Aku bisa berdiri lebih gagah berani.
"Oslan, makasih ya." Aku memelilintirkan nada bicaraku. Menjatuhkan dua tangan sambil meraih teh di gelas cantik.
Merangkulnya sambil melirik bagian sudut yang melengkung indah.
"Kenapa kok tiba-tiba berterima kasih ke gue?"
"Karna tanpa lo, gue nggak bisa hadir di televisi." Aku mendongakkan sejumlah pandangan wajahku mengarahnya. "Minumlah!"