Satu suapan bubur tidak jadi mendarat ke mulutku. Tapi, aku mulai lupa dengan kejadian semalam. Ini sama persis ketika aku dan Adrian berada di puncak bangunan paling tinggi. Ketika itu, lalu terbangun dengan keadaan yang nyaris menghilang.
Mataku memelotot ringan ke dalam penglihatan Jose. Tangannya yang masih memegang sendok berisi bubur tertopang kuat.
"Eh, udah lupain dulu. Mending kamu makan bubur ini."
Jose memaksaku untuk menyantap bubur hangat buatannya. Karena sendoknya sudah menyentuh bibirku, maka aku terpaksa melahap pemberiannya.
"Ih, nyebelin banget lu! Gue mau tahu aja kok. Gue udah lupa."
"Lo emang suka lupa kan sama kejadian yang udah lewat. Udah, ntar kita bahas kalo lo udah inget lagi."
Lagi-lagi Jose menyodorkan sendok bubur ke arah mulutku. Yah, aku tidak bisa menolak kerasnya perjuangan dirinya membuat satu mangkuk bubur. Tapi, tubuhku tidak merasa sakit atau pun luka. Kenapa dia memberikanku semangkuk bubur enak?