Setelah malam larut itu berakhir, kami semua berkumpul dengan peralatan yang tidak akan ditinggalkan. Ada manajer masing-masing, beberapa artis yang berkeluh kesah menunggu. Oslan tetap dengan kondisinya, bersitegang dengan kerutan di keningnya.
Sementara aku hanya menyimak dan memperhatikan setiap tingkah laku mereka. Sesekali mengedipkan mata ke arah Oslan. Tapi, kurasa dia tidak akan tergoda karena aku memang suka bermain-main.
Lalu, sikuku mulai menyenggol kasar lengannya. "Eh, dari tadi kok murung mulu sih!"
"Eh, lu ngagetin mulu!" Oslan menjatuhkan pandangan wajahnya, sedikit menyamping sambil bersedekap tangan.
Segaris keningnya merasa resah, takut ketika aku mengetahui apa yang ada di pikirannya. Nyatanya, aku tidak mengerti apa yang sedang dia pikirkan, atau yang sedang menjadi masalah.
"Lo kenapa sih? Dari tadi mukanya kek jamur layu!" cecahku merasa geram. Wajahku sedikit turun memperhatikan rautnya yang menyimpang dari biasanya.
