Aku terkesima dengan kisah yang dilontarkan dokter Sefana kepadaku. Berawal dari suguhan teh dalam sebuah cangkir kuno elegan. Maka, berbuah dengan pembicaraan di masa lalu. Dokter Sefana bahkan melupakan statusnya menjadi dokter kejiwaan.
Entah aku yang sedang terpelangah mendengarnya, atau dokter menjadi wanita yang kesepian di rumah mewahnya.
Dari kisahnya, dia memiliki seorang ibu yang memiliki penyakit serupa denganku. Hanya saja, penyakit ibunya terlalu dibiarkan terlalu lama. Padahal, gangguan seperti itu dapat kita atasi, atau diperbaiki dengan cara meditasi dan kesadaran diri dari kekuatan iman.
Akan tetapi, berbeda dengan cerita dari ibunya dokter Sefana. Ibunya mengalami hal-hal mengerikan ketika beranjak remaja.
