"Cuma di sini yang belum gue datengin." Aku mendengus napas lega, daguku terangkat sangat tinggi. Kali ini, tubuhku yang menyamping kuubah kembali, memutar. Dua tanganku berpijak pada garis penyanggah.
Jose kemudian menegakkan tubuhnya semula, menjejalkan dua tangannya, seperti biasa. Aku sudah paham dengan gaya itu.
Kami menikmati aroma sejuk di pegunungan, yang dipenuhi dengan kebun teh membentang luas. Betapa takjub mata memandang ke seluruh penglihatan.
"Kayaknya lo belum pernah juga kan nginjek lantai kaca? Eh, maksudnya jembatan kaca." Jose memiringkan tubuhnya, sebelah tangannya mulai meraih lenganku ringan.
Aku terpaksa mengikuti langkahnya berlalu dari sini. Ada beberapa anak muda yang mulai berdatangan, mereka menongkrong dengan pasangan masing-masing, lalu tidak lupa dengan gadget di tangan.