Tuan Drigory memerhatikan Viona yang marah-marah kepada anak buahnya. Sepertinya Viona masih tak menyadari siapa sosok Tuan Drigory yang sebenarnya. Ia berpikir kalau Tuan Drigory hanya orang kaya biasa, seperti pada umumnya.
"Biarkan dia!" perintah Tuan Drigory.
Viona menoleh begitu mendengar suara Tuan Drigory. Anak buah Tuan Drigory segera melepaskan pegangannya pada Viona. Dan tanpa basa-basi, Viona menghampiri Tuan Drigory dengan ekspresi kemerahan.
"Kenapa kau libatkan anakku dalam urusan kita?" Viona tak bisa menahan diri jika sudah menyangkut anaknya.
"Duduklah. Kita bicara baik-baik," ucap Tuan Drigory.
Viona langsung duduk di depan Tuan Drigory. Ia menyilangkan kedua tangannya. "Aku sudah mengatakan kepada anak buahmu bahwa aku tak jadi bekerja di rumahmu, Tuan Drigory!" Kali ini Viona sama sekali tak memakai bahasa formal seperti saat ia melamar pekerjaan di rumah Tuan Drigory.
"Kenapa? Apa karena kejadian tempo hari? Itu hanya salah paham, Nyonya Watson." Suara Tuan Drigory terdengar berat dan penuh wibawa.
"Salah paham? Aku mendengar suara tembakan dan mau bilang itu salah paham? Apa kau tidak salah, Tuan Drigory? Anakku ada di sana juga! Bisa terjadi sesuatu padanya!" pekik Viona.
"Maafkan aku atas kelalaian anak buahku," ucap Tuan Drigory. "Aku punya tawaran menarik untukmu, Nyonya Watson."
"Aku tak tertarik!"
"Gajimu akan kuberi tiga kali lipat dari yang kemarin," ucap Tuan Drigory.
Jantung Viona serasa berhenti berdetak mendengar tentang gaji. Angka yang kemarin saja sudah sangat tinggi. Apalagi jika dikalikan tiga. Kalau pun dia mati meninggalkan Kimberly. Viona tidak akan pusing karena sudah memiliki cukup uang untuk putrinya kelak.
"Kau juga tak perlu khawatir dengan sekolah putrimu. Perusahaan Drigory akan memback up semuanya. Kau hanya perlu patuh kepadaku," ucap Tuan Drigory.
Viona semakin tak bisa berkata-kata. Dia tak memungkiri, hatinya mulai terpesona dengan angka yang ditawarkan.
"Jangan menipuku, Tuan Drigory!"
Tuan Drigory terkekeh mendengar ucapan Viona. "Lihat penampilanku? Apa aku terlihat seperti seorang penipu?"
Tentu saja tidak. Pria yang memakai setelan jas bermerek. Apalagi mobilnya yang super mewah. Siapa yang akan menyangka pria ini seorang penipu? Dilihat dari sisi mana pun. Tuan Drigory sangat percaya diri. Tak ada indikasi sedikit pun kalau dia akan menipu.
"Bagaimana, Nyonya Watson? Aku yakin kau dengar kesulitan untuk mencari pekerjaan di kota kecil ini. Kau harus tahu. Orang-orang di kota ini tidak mudah percaya dengan orang asing. Mereka akan lebih suka memperkerjakan saudara mereka walaupun tidak memiliki ijazah."
Viona bimbang. Ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Tapi Kimberly melarangnya kerja di tempat Tuan Drigory.
"Aku akan bertanya kepada anakku terlebih dahulu .... "
"Kau bisa memberitahunya nanti, Nyonya Watson. Setelah kau bekerja. Sekarang, yang harus kau lakukan adalah menandatangani perjanjian kerja denganku. Langsung denganku."
Viona merasa ada sesuatu yang aneh. Awalnya Tuan Drigory terlihat jual mahal padanya. Kenapa sekarang dia terkesan seperti membutuhkan Viona.
"Apa ada sesuatu , Tuan Drigory?" tanya Viona.
Tuan Drigory tak langsung menjawab. Ia malah menyeruput tehnya sambil sesekali tersenyum. "Aku seorang pebisnis, Nyonya Watson. Ada banyak rahasia yang kusimpan. Kuharap kau tak memaksaku untuk bicara."
Viona hanya menghela napas. Ia mencoba berpikir jernih. Tapi godaan tentang gaji itu sungguh sangat membuat Viona tak bisa berpikir jernih saat ini.
****
Selesai kelas, Kimberly tak langsung pulang. Ia pergi ke perpustakaan untuk mengerjakan tugas dari Profesor Grey. Ia sedang asyik mencari literatur tentang sejarah sastra.
Suasana perpustakaan kala itu sangat sepi. Kimberly sampai heran, kenapa hampir tak ada mahasiswa atau mahasiswi yang mengerjakan tugas di perpustakaan.
"Apa mereka tak butuh perpustakaan?" batin Kimberly.
Kimberly tetap fokus dengan kesibukannya mencari beberapa buku. Sampai ia berada di ujung lorong perpustakaan. Suasananya begitu gelap. Tapi tak masalah untuk Kimberly. Dia bukan wanita yang takut akan gelap.
Hingga ketenangan terganggu saat ia mendekati suara rintihan di ujung ruangan.
"Ouuh, baby, oh!"
Kimberly menganga. Ia paham betul arti rintihan ini. Tapi Kimberly penasaran. Ia mencari dari mana datangnya suara itu. Ia berjalan mendekat ke ujung ruangan.
"Astaga!" Kimberly terkejut. Ia melihat sosok yang ia kenal sedang asyik bercinta di dalam perpustakaan.
"Nathan, sentuh tubuhku! Sentuh semuanya!" erang wanita yang saat ini menjadi lawan bercinta Nathan.
Kimberly tak habis pikir. Kenapa Nathan suka sekali meski hal itu di tempat yang tak seharusnya?
Nathan terlihat sedang menyodokkan miliknya ke arah milik gadis itu dari belakang. Tubuh wanita itu tentu saja mengejang hebat. Untuk ukuran anak muda, Nathan terbilang lihai dalam melakukan adegan ini.
'Dia gila! Dia gila!' jerit Kimberly dalam hati. Ia ingin sekali berteriak, tapi bibirnya kelu. Untuk kedua kalinya, Kimberly memergoki Nathan begini. Semakin menjadi opini Kimberly kepada sosok Nathan.
Kimberly melangkah mundur. Ia ingin segera pergi. Sayangnya ia tak sengaja menyenggol rak hingga menimbulkan suara. Ditambah beberapa buku yang dibawanya berjatuhan.
"Brengsek!" umpat Nathan.
Gawat, Kimberly ketahuan lagi. Ia buru-buru mengambil buku yang berjatuhan itu. Namun, Nathan sudah melihat sosok Kimberly. Karena takut, Kimberly segera bergegas pergi sebelum selesai dengan buku-buku itu.
Kimberly berjalan dengan cepat untuk menghindari Nathan. Namun tiba-tiba ....
"Apa yang kau lakukan di sini!" Tiba-tiba Nathan muncul di hadapannya dari lorong rak yang lain.
"Aaargh!" Kimberly berteriak sehingga membuat Nathan langsung menyekapnya dan mulut Kimberly terkunci.
"Diam!" pekik Nathan dengan suara lirih.
Kimberly menggelengkan kepalanya. Ia tak ingin diperlakukan seperti ini. Ia tak sengaja melihat Nathan. Lagi pula, siapa suruh bercinta di tempat yang dikunjungi orang?
"Kenapa kau selalu mengintipku?" tanya Nathan. Kimberly tidak bisa menjawab karena tangan Nathan menutup mulutnya.
Nathan segera membawa Kimberly ke sudut ruangan sehingga tak akan ada yang melihat mereka.
"Kau memata-mataiku?" tanya Nathan. Ia segera melepaskan bungkaman tangannya dari mulut Kimberly.
"Tidak! Aku tak sengaja melihatmu." Kimberly sungguh ketakutan. Apalagi setelah tahu siapa Nathan. Mungkin saja hidupnya akan dipertaruhkan setelah ini.
"Kau mengganggu sekali. Kenapa kau selalu datang saat aku hampir mencapai titik puncak?" ucap Nathan begitu kesal.
"Ti-titik puncak?" Kimberly tak mengerti karena ia tak pernah berhubungan badan.
Nathan merengut. Ia menatap tajam ke arah Kimberly. "Kau masih perawan?" tanya Nathan.
Wajah Kimberly langsung memerah saat Nathan bertanya tentang hal yang sangat pribadi.
"Kau hidup di era kapan? Wajahmu tak buruk amat. Kenapa kau masih perawan?"
"Bukan urusanmu!" pekik Kimberly karena malu.
Tiba-tiba Nathan tersenyum licik di depan Kimberly. "Kau bilang kau mau tidur denganku kalau aku melepasmu?" tanya Nathan.
"A-apa maksudmu?" Pertanyaan Nathan membuka Kimberly takut.
"Kau masih perawan. Bisakah aku yang mendapatkannya?" tanya Nathan dengan senyumnya yang menyeringai
Bersambung ....
maaf klo ada bab yang nggak beres.. bisa di uncollection dulu. nanti di collection lagi...