Chereads / Dalam Jeratan Dendam SANG MAFIA / Chapter 11 - Kemarahan Nathan

Chapter 11 - Kemarahan Nathan

"Kau ingin membunuhku!" pekik Kimberly.

"Aku sedang membantumu," jawab Nathan.

Kimberly tak mau banyak bicara lagi dengan Nathan. Ia segera keluar dan berlari menuju ke kelas.

Nathan mengamati Kimberly yang berlari meninggalkannya. Tatapannya begitu serius. Berbeda saat tadi bersama dengan Kimberly.

Kimberly masuk ke kelas bertepatan dengan Profesor Renata masuk ke kelas. Dia mengisi tentang mata kuliah morfologi. Profesor Renata menatap ke arah Kimberly yang masuk ke kelas bersamaan dengannya. Ia menatap aneh ke arah gadis itu.

"Maaf, apa kau berlari dari rumahmu ke mari?" tanya Profesor Renata.

"Ah, maaf. Memangnya kenapa?" tanya Kimberly. Nyatanya bukan hanya Profesor Renata yang melihat Kimberly. Seluruh mahasiswa dan mahasiswi yang ada di kelas itu juga melihatnya ke arah Kimberly.

Tak ingin mempermalukan Kimberly yang terlihat acak-acakan. Profesor Renata segera meminta Kimberly untuk duduk.

"Sudahlah, segera duduk. Aku akan memulai kelas!" perintah Profesor Renata.

"Baik," jawab Kimberly.

Kimberly segera bergerak menjauh kursi. Ia memilih duduk di samping Elena. Teman sekelasnya di kelas Profesor Grey.

"Kau ikut di kelas ini?" tanya Elena.

"Hem, ya," jawab Kimberly singkat.

Baru saja duduk, pintu kelas sudah diketuk dari luar. Profesor Renata yang hendak memulai kelas terlihat kesal karena kelasnya diganggu.

"Masuk!" ucap Profesor Renata lantang.

Pintu kelas dibuka dari luar. Terlihat Nathan memasuki ruangan sambil membawa tas ransel.

Kimberly menyadari kalau tas yang dibawa oleh Nathan adalah miliknya. "Ah, aku lupa," ucap Kimberly panik. Yang membuat ia panik adalah Nathan. Pria itu pasti akan membuat kegaduhan lagi.

"Maaf, Profesor Renata. Aku ingin bertemu dengan Nona Watson," ucap Nathan.

Profesor Renata tak terlihat marah SM sekali. Ia tersenyum saat Nathan masuk ke kelasnya. Sangat berbeda dengan saat tadi sebelum melihatnya Nathan.

"Apa-apaan wanita itu?" gerutu Elena.

Kimberly melirik ke arah Elena. "Ada apa?" tanya Kimberly heran dengan ucapan Elena.

"Di sini beredar gosip kalau Profesor Renata naksir dengan salah satu anggota keluarga Drigory. Aku heran. Bagaimana bisa dia berani sekali naksir dengan keluarga itu," bisik Elena.

"Kenapa?" tanya Kimberly lagi.

"Nona Watson!" Suara Profesor Renata begitu lantang terdengar dari depan kelas.

"Ya!" Seketika Kimberly berdiri karena terkejut. Elena melirik sekejap ke arah Nathan yang terus menatap Kimberly.

"Seseorang sedang mencarimu. kenapa kau malah asyik bergosip

dengan temanmu?" ucap Profesor Renata.

"Ma-maaf," ucap Kimberly. ia segera maju ke depan. Nathan segera menyodorkan tas milik Kimberly. "Thank you," ucap Kimberly.

"Lain kali jangan meninggalkan sesuatu di mobilku. Aku bukan pesuruhmu," ucap Nathan.

"Aku tak pernah menyuruh .... " Suara Kimberly tercekat saat ia sadar kalau semua mata tertuju padanya.

"Kembalilah ke tempat dudukmu. Aku harus pergi!" ucap Nathan yang keluar begitu saja dari kelas.

Profesor Renata mengikuti Nathan keluar. "Kau buru-buru sekali?" ucap Profesor Renata.

"Berhenti mengikutiku! Kakakku sudah tak ada!" ucap Nathan.

"Apa maksudmu?" ucap Profesor Renata.

"Semalam kami menguburkannya," ucap Nathan.

"Apa?" Profesor Renata seakan terpukul mendengar ucapan Nathan.

"Lupakan dia!" ucap Nathan dengan nada bicara yang serius. Seraya pergi begitu saja.

sementara itu, Kimberly kembali duduk ke kursinya. Elena yang memang selalu ingin tahu pun mulai bercicit sesuka hatinya.

"Kau benar-benar mengalami sesuatu dengan Nathan Drigory?" ucap Elena.

"Apa maksudmu? Aku baru tahu dia di kampus ini," ucap Kimberly.

"Bagaimana kau bisa naik mobilnya? kau benar-benar tak tahu siapa dia?" ucap Elena.

"Dia siapa? Apa dia anak orang kaya?" tanya Kimberly.

"Kau tak akan selamat kalau kau terlibat dengan keluarga Drigory," ucap Elena.

"Katakan padaku siapa dia? Aku sudah curiga sejak awal dia bukan orang baik," ucap Kimberly.

Elena membisikkan sesuatu K telinga Kimberly. Dan Kimberly seolah tak percaya akan apa yang dikatakan oleh Elena.

"Jangan berkhayal. Mana ada hal seperti itu di kota kecil seperti ini. Kau pikir aku akan percaya," balas Kimberly.

"Terserah kalau kau tak percaya. Saranku, jauhi Nathan. Tak ada yang baik darinya. Dia memang tampan dan berkuasa. Banyak wanita menyukainya. siapa pun berlomba untuk berada di sisi Nathan. Tapi aku tak yakin, Nathan benar-benar menganggap mereka wanita," ucap Elena.

Kimberly tak mengerti maksud ucapan Elena. Ia juga tak percaya dengan apa yang Elena bisikan tadi.

Profesor Renata masuk ke dalam kelas. Namun, kali ini wajahnya terlihat pucat. Berbeda dengan sikapnya yang centil saat bertemu dengan Nathan tadi.

"Maaf, hari ini aku tak enak badan. Aku tutup kelas hari ini. kalian buat saja artikel tentang Morfologi. Kirimkan ke email-ku. Aku akan kembali membuka kelas setelah kondisiku stabil," ucap Profesor Renata.

Para mahasiswa terlihat bingung. Mereka bahkan belum memulai kelas. sebenarnya ada apa ini?

*****

Black menyusul Nathan ke kampus. Ia berlari dari rumah Kimberly menuju ke kampus Nathan karena mobilnya dibawa pergi oleh Nathan.

"Dua puluh menit," ucap Nathan yang duduk di atas kap mobil milik Black.

"Jangan pergi dengan mobil seperti ini. Jika ayahmu tahu .... "

"Kenapa kalau dia tahu? Apa dia akan membunuhku seperti yang dia lakukan kepada Jimmy?"

"Nathan, pelankan suaramu. Tak ada yang tahu tentang Jimmy," ucap Black.

"Kenapa kalian begini? kenapa tak ada yang sedih dengan kepergian Jimmy? Dia dibunuh! kakakku dibunuh dengan cara yang begitu tragis! kenapa ayahku justru asyik bercinta setelah pemakaman putranya!" ucap Nathan emosional.

Black panik saat Nathan mulai lepas kendali. Ia segala merangkul Nathan dan membawanya masuk ke dalam mobil.

"Lepaskan aku!" pekik Nathan.

Black segera masuk ke dalam mobil dan membawa Nathan pergi dari kampus.

"Black!" pekik Nathan.

"Ayahmu sangat marah saat tahu kau membakar kebun apel. Kau hampir saja membunuh orang seisi desa! Kau tahu akibat dari perbuatanmu, Nathan!" pekik Black.

"Ayahku juga membunuh orang. Kemarin dia melarangku? Sekarang anaknya dibunuh dan dia diam saja," ucap Nathan.

"Ini tak segampang yang kau pikirkan Nathan," ucap Black.

"Apanya? Kita tinggal balas dendam. Lakukan seperti biasanya. kenapa ayahku selalu bisa melakukan sesuatu pada orang lain. Tapi kenapa dia diam saja ketika keluarganya disakiti! Kenapa!" pekik Nathan.

Black hanya menghela nafas. Ia tak punya wewenang untuk menjelaskan apa-apa kepada Nathan. Semua ini dibawah kendali Tuan Drigory.

Sesampainya Nathan di kediaman rumah. Ia segera turun dari mobil dan masuk dengan kemarahan yang meluap-luap. Rasanya tak tahan harus menerima kejadian yang begitu memilukan untuknya. kehilangan kakak yang ia sayangi dan ia banggakan. Namun, orang-orang bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa.

"Berhenti!" Suara Tuan Drigory terdengar begitu lantang saat Nathan melewati ruang tengah rumahnya yang besar dan. begitu megah. suasana rumah ini begitu kelam. Seakan tak pernah tersentuh oleh Cinta.

Bersambung ....