Chereads / Dalam Jeratan Dendam SANG MAFIA / Chapter 37 - Membawa Nara

Chapter 37 - Membawa Nara

Kimberly masuk ke dalam kamar lalu menutup pintunya. Ia duduk tersungkur sambil meneteskan air matanya. Sebenarnya Ia juga merasa sakit karena mengatakan hal seperti itu kepada sang ibu yang sudah bekerja keras selama satu tahun ini sejak kepergian sang ayah. Namun entah kenapa hubungannya dengan sang Ibu menjadi berjarak setelah ayahnya meninggal.

Sampai saat ini tak jelas kenapa sang ayah tiba-tiba mati begitu saja. Saat dibawa ke rumah sakit, sang ayah sudah tidak bernyawa. Waktu itu dokter hanya mengatakan, kalau Ayahnya terkena serangan jantung.

Tentu saja, Viona sama sekali tidak menerima apa yang dikatakan oleh dokter. Suaminya adalah seseorang yang sangat gemar berolahraga dan juga makan makanan yang sehat. Nicholas Watson–Ayah Kimberly adalah seorang pria yang sangat menyayangi keluarganya. Ia adalah pekerja keras dan tak pernah berbuat hal aneh. Nicholas akan merasa bersalah jika melakukan hal bodoh yang akan merugikannya. Ia merasa bertanggung jawab memiliki seorang putri.

Nicholas Watson adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang properti di ibukota. Karena di kelas adalah pria yang jujur Ia pun memiliki jenjang karir yang sangat bagus. Ia mendapatkan posisi manajer hanya dalam waktu dua tahun. Dan gajinya sudah lebih dari cukup, jika hanya tinggal bertiga bersama istri dan putrinya saja.

Sayangnya, setelah Nicholas Watson pergi. Pihak perusahaan tidak mau memberikan biaya pesangon atas kematian Nicholas. Hal itu ia dilakukan oleh bos dari Nicholas dikarenakan Nicholas belum bekerja selama sepuluh tahun di perusahaan, sehingga dia tidak mendapatkan jatah pesangon. Meskipun jabatannya adalah manajer.

Karena tak mau pusing dengan perusahaan besar,

Viona pun memutuskan untuk tidak menuntut perusahaan atas uang pesangon sang suami. Ia juga tak meminta dilakukan otopsi setelah suaminya dinyatakan meninggal. Kepergian Nicholas membuat Viona dan Kimberly bagaikan dipatahkan satu sayapnya. Dan saat itu mereka benar-benar terluka.

Selama ini mereka hanya bergantung kepada Nicholas. Hingga setelah kepergian Nicholas, keduanya tak tahu harus bagaimana melanjutkan kehidupan. Setiap hari yang dilakukan Viona hanya mabuk-mabukkan sambil menangis di dalam kamar meratapi kepergian Nicholas.

Sementara Kimberly yang tadinya adalah anak yang ceria dan memiliki banyak teman pun, seketika menjadi pendiam dan sudah tidak peduli lagi dengan hidupnya. Hanya satu yang menjadi alasan kenapa ia bertahan sampai sekarang adalah janjinya kepada sang ayah Kalau iya akan lulus sarjana jurusan sastra.

"Maafkan aku ibu," ucap Kimberly.

***

Nathan berjalan di kegelapan malam di tengah kebun apel. Ia mencari Di mana keberadaan Nara yang tadi berada di dekat pohon apel yang paling besar yang ada di kebun itu. Dan benar saja ternyata Nara masih ada di sana seorang diri.

"Kenapa kau masih menungguku di sini, Nara?" tanya Nathan. Ia menghela nafas seraya menghampiri Nara. Melihat gadis itu kedinginan Nathan segera melepaskan jaketnya dan memberikannya kepada gadis itu.

"Apa ada yang mengikutimu?" tanya Nathan.

"Entahlah, aku kabur dari villa ayahku," kata Nara.

"Kalau begitu, kita ke rumahku," ucap Nathan.

Nathan pun mengajak Nara pulang ke rumahnya. Tentu saja Nathan tidak terang-terangan mengajak Nara masuk. Ia tahu keberadaan Nara tidak diinginkan di rumah itu. Nara adalah putri dari musuh Tuan Drigory. Apalagi kematian Jimmy sampai sekarang belum terkuak apa penyebabnya. Meskipun kecurigaan Tuan Drigory tentu saja mengarah kepada Tuan Peterson.

Sesampainya di rumah melalui jalan rahasia Nathan mengajak Nara masuk ke kamarnya. Kamar Nathan begitu luas, namun sepi. Tak ada apa pun di kamar ini karena Nathan memang tak suka jika kamarnya penuh dengan barang-barang.

"Duduklah. Aku akan ambilkan air hangat untukmu," kata Nathan yang pujian enggak keluar namun Nara meraih tangannya seolah melarangnya keluar.

"Bagaimana wajahnya ... Saat terakhir kali kau melihat?" tanya Nara dengan wajah penuh kesedihan. Ia bermaksud menanyakan tentang kondisi mayat Jimmy.

Nathan menghela nafas ia lantas bersimpuh di depan Nara sembari menggenggam kedua tangan gadis itu.

"Dia tampak kesakitan," jawab Nathan. Ia menatap Nara sembari melihat kedua kornea mata Nara yang berwarna coklat . Kedua mata mereka saling beradu. Nathan menyelami wajah gadis itu dan mendapati bahwa wanita ini sedang mengalami patah hati yang begitu besar karena pria yang ia cintai telah mati dibunuh. Sebelum mereka bisa melangsungkan pernikahan.

"Kakakku bilang, kalau dia akan pergi selama beberapa bulan bersamamu dan mungkin tak akan kembal. Dia pamit padaku malam itu. Saat itu adalah pertemuan terakhirku dengan Jimmy," ucap Nathan. Ia juga tak kalah sedih dari Nara. Bagaimanapun Jimmy adalah orang yang paling dekat dengannya sejak kecil. Nathan memang tak memiliki Ibu. Tapi Nathan memiliki Jimmy yang sangat memperhatikannya dan menyayanginya.

Nathan tahu kalau Jimmy akan menggantikan sang ayah meneruskan kepemimpinannya pada bisnis ilegal sang ayah. Tapi Jimmy bukan sosok yang sombong dan angkuh seperti Tuan Drigory–sang ayah. Terbukti dengan banyaknya koleksi buku sastra yang dimiliki oleh Jimmy. Sayangnya, Jimmy tak bisa kuliah jurusan itu. Sang ayah menolaknya mentah-mentah. Ia tak terima jika penerusnya menekuni ilmu tentang sastra bukannya tentang politik atau bisnis.

Berbeda dengan Jimmy, Nathan sama sekali tidak menyukai sastra ia bahkan tak menyukai apa pun. Apa yang ia mau bisa dengan mudah ia dapatkan karena kekayaan dan kekuasaan sang ayah di kota ini. Tapi sewaktu kecil Nathan tak sengaja pernah melihat sang ayah menembak seorang pengawal tepat di depan matanya. Sang ayah tak tahu jika Nathan melihat hal itu. Sejak saat itu, Nathan berpikir bahwa Ayahnya adalah seorang monster. Hingga beranjak dewasa, ia mengetahui dunia macam apa yang dijalani oleh sang ayah. Hal membuat Nathan tak ingin berada di dunia yang sama dengan sang ayah.

Nathan pun memilih kuliah jurusan bisnis. Sebenarnya ia tidak memiliki minat di bidang tertentu . Ia hanya asal memilih jurusan yang ada. Dan hanya ingin menjalani hari-hari biasanya seperti orang lain pada umumnya. Tanpa embel-embel Drigory. Walaupun rasanya hal itu tak mungkin karena apa pun yang terjadi di kota ini, akan selalu saja dikaitkan dengan dalam kelompok sang ayah.

"Aku merindukannya, Nathan," ucap Nara. Aku sungguh-sungguh merindukannya. "Kenapa mereka membunuh Jimmy, Nathan? Kenapa tidak ada yang menyukai, kalau kami bersama?" rengek Nara.

Tentu saja Nathan tak bisa menjawab pertanyaan Nara. Dia sendiri tak tahu bagaimana detailnya kakaknya bisa dibunuh seperti itu.

Nathan hanya bisa memeluk Nara dan mengusap kepalanya mencoba menghibur meskipun ia tahu Nara tak akan pernah terhibur olehnya.

"Kau harus melupakannya, Nara. Dia sudah pergi," kata Nathan dengan tatapannya yang kosong.

"Padahal kami hampir saja menikah, Nathan. Setelah kami menikah, dia berjanji, kalau aku akan menjadi orang yang paling dia prioritaskan di dalam hidupnya. Meskipun, ia akan menggantikan ayahmu kelak."

"Aku tahu. Aku tahu, dia akan menjadikanmu orang yang paling penting di dalam hidupnya, Nara," ucap Nathan.

Nara menangis dalam pelukan Nathan. Ia tak terima karena kekasihnya mati padahal mereka sudah berjanji akan menikah jauh dari kota X dan hidup bahagia tanpa adanya intervensi dari pihak mana pun.

Bersambung ....