Suara erangan Daisy terdengar sekitar dua jam kemudian. Pelan dia mulai membuka matanya dan ya lagi-lagi terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Vano dengan tubuh setengah serigalanya berdiri sangat tinggi bahkan hampir menyentuh atap kamar. Pakainnya sudah terlepas dan menyisakan celana yang bahkan sudah robek. Daisy benar-benar menahan diri untuk tidak berteriak saat ini. Dia merasa tubuhnya lemas dan berbeda. Seolah darah yang mengalir dalam tubuhnya itu bergerak dengan cara yang berbeda. Vano menatapnya dengan intens.
"Tenang saja, hanya tampilan luarku yang berubah. Aku masih tetap Vano yang itu," ucapnya santai dengan ekornya yang sesekali bergerak.
"Jadi, apa aku…" Daisy tidak bisa meneruskan ucapannya.
"Apa yang aku lakukan tadi adalah merubahmu menjadi seorang manusia serigala sepertiku. Kau tidak perlu khawatir karena kita akan hidup dengan sangat normal sepanjang bulan kecuali saat malam bulan purnama seperti ini. Aku yakin saat ini tubuhmu mulai terasa aneh. Aku berjanji akan ada di sini saat kau benar-benar berubah," ucap Vano dengan santainya.
"Kau, siapa kau sebenarnya?" tanya Daisy ingin tahu.
"Seperti yang kau dengar sebelumnya, aku ini manusia serigala. Aku sang Alpha dari Gold Lycaon. Aku yakin kau sudah dengar mengenai apa yang terjadi pada perusahaanku tadi siang? Asal kau tahu, sebenarnya kau hidup dengan banyak manusia serigala di sekelilingmu. Nama perusahaan sekaligus nama keluargaku itu sungguh memiliki arti. Gold Lycaon Company. Gold Lycaon adalah nama kawananku. Aku, Vano Orazio Lycaon. Anak pertama dari keluarga Lycaon. Lycaon itu nama lain dari manusia serigala. Itu bukan hanya sekedar nama karena itulah identitasku. Karyawan di tempatku juga kebanyakan adalah manusia serigala. Kau tidak perlu khawatir karena kau punya banyak 'teman'. Kebanyakan dari kami bertahan hidup dengan berburu. Kami memakan daging hewan kecuali aku," ucap Vano santai.
"Kau mem-memakan manusia?" tanya Daisy menebak.
"Iya. Aku memang memakan manusia. Kebanyakan adalah mereka yang jahat. Dunia akan berterima kasih padaku kan? Kau bisa lihat bagaimana Kota Lorient aman saat ini, kau pikir siapa yang memiliki andil paling besar untuk itu? Dan sekarang kau juga bisa melakukannya. Kau mengatakan padaku, kalau kau membenci banyak sekali manusia jahat di dunia hiburan yang kau tinggali itu. Kau bisa membunuh mereka dengan sangat mudah sekarang. Saat kau menjadi serigala, kekuatanmu akan bertambah berkali-kali lipat," Daisy mulai mengangguk tanda mengerti.
"A-aku masih tidak mengerti, tapi aku akan berusaha menjalaninya mulai sekarang," ucap Daisy mulai mantap.
"Kau akan terbiasa lama-lama. Pertama yang harus kau lakukan adalah caranya mengendalikan diri saat malam bulan purnama seperti ini. Aku rasa terutama adalah kau harus selalu sadar. Lebih baik kau berada di rumahmu sendirian atau di manapun yang aman. Jangan biarkan ada seseorang yang melihat kau 'berubah'. Kau mengerti maksudku kan?" tanya Vano memastikan.
"Iya, aku mengerti," Daisy mengangguk patuh.
Tubuh Daisy rasanya mulai berubah dan dia mulai merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Dia jadi mengerti kenapa Vano menciumnya saat dia berubah. Dia seakan membutuhkan sandaran untuk menumpahkan seluruh rasa sakit ini. Daisy berakhir meringkuk di atas ranjang dan berteriak tertahan menahan sakit. Tubuhnya terasa panas dan sakit. Mulutnya terasa sangat kelu dan wajahnya terasa ingin meledak saja. Daisy bisa melihat proses perubahan kulitnya hingga dia bisa melihat bulu-bulu halus bewarna perak sekarang.
"Wow, bagaimana rasanya?" tanya Vano yang masih santai berada di sisi ranjangnya.
"In-ini… sangat berbeda," ucap Daisy masih berusaha mencerna semuanya.
"Hahaha. Sangat bisa dimengerti. Apa kau ingin melihat penampilanmu di depan cermin?" tawar Vano menggoda.
"Tidak! Lebih baik bagiku untuk tidak melihatnya!" Daisy tegas menolak.
"Hahaha. Terserah kau saja. Jadi apa kau siap menerima pelajaran lainnya setelah ini?" tanya Vano ingin tahu.
"Apa itu?" Daisy penasaran.
"Apa lagi kalau bukan berburu? Ikuti aku!" Vano dengan santainya pergi begitu saja dari kamar hotel itu.
Jam masih menunjukkan pukul dua dini hari. Kondisi hotel juga sudah sangat sepi dan mereka menggunakan tangga darurat untuk keluar melalui pintu belakang hotel. Berlari sekuat tenaga, Daisy yang kali ini membiasakan diri berlari dengan empat kaki masih dilanda kebingungan. Rasanya aneh, tapi ternyata cukup membantu karena dia bisa berlari jauh lebih cepat dari biasanya. Mereka menuju hitan di tepian Kota Lorient yang jaraknya menggunakan mobil biasanya adalah sekitar 20 menit. Kali ini dengan berlari di jalanan kota yang sepi, mereka hanya perlu waktu 10 menit untuk tiba di sana.
"Kau mulai menyukainya?" tanya Vano santai.
"Ya ini masih terasa janggal, tapi aku mulai membaisakan diri," tanpa di sangka Daisy tersenyum di balik wajah serigalanya.
"Maka, kau akan semakin menyukainya," ucap Vano masuk lebih dalam ke hutan.
Vano bisa melihat dua serigala lain yang bewarna kecoklatan. Sangat identik dan yang membedakan adalah corak hitam di wajah mereka. Daisy khawatir, tapi Vano mengatakan agar dia tetap tenang. Ada hal lain yang Vano lihat di sana, seseorang dengan penutup kepala dan tangan juga kaki terikat. Daisy hanya bisa menatap dengan rasa penasaran.
"Kau benar-benar serius dengan rencanamu?" tanya Javier memastikan.
"Iya, aku serius dan inilah keluarga baru kita, Daisy," ucap Vano menoleh pada Daisy yang berdiri tak jauh di belakangnya.
"Ha-halo," ucap Daisy ramah.
"Wow, kau tidak perlu bersikap seperti itu. Kita ini serigala sekarang," ucap Javier menahan tawa.
"Aku tahu dia dalam sosok manusianya dan kali ini melihatnya seperti ini, sangat tidak ku duga," ucap Jasper berkomentar.
"Sudah, jangan ganggu dia! Sekarang, buka saja ikatan pria ini!" bisa dilihat pria itu terus memohon dengan bingung.
Tentu saja sang pria dengan kepala botak itu berteriak, tapi mereka berada di tengah hutan dan tak akan ada yang bisa mendengarnya. Tanpa ampun, Vano menerkam pria itu. Dengan kedua tangannya mendorong tubuhnya dan segera mencakar dan mencabik tubuhnya dengan begitu mudahnya. Memakan sebagian dada dan perutnya hingga satu lubang besar menganga menunjukkan isinya yang semburat berantakan. Pemandangan ini normalnya akan membuat Daisy merasa mual dan jijik, tapi anehnya dia juga merasa sangat ingin. Dia menjadi sangat lapar dan meneguk ludahnya kasar melihat Vano 'menikmati' makan malamnya.
"Kau ingin mencobanya?" tanya Vano dengan wajah berantakan karena darah yang menempel di bulu-bulu halusnya.
"A-aku… tidak terlalu yakin," ucapnya saat itu.
"Cobalah," ucap Vano santai dan melangkah berlalu dengan santainya.
Daisy melangkah maju dengan ragu dan memulai dengan mengendus tubuh pria yang tak lagi komplit itu. Aroma darah dan daging segar yang membuatnya sangat lapar dan mulai memakannya pelan. Hal yang ternyata sangat mudah dilakukan dengan taringnya yang tajam. Vano hanya tersenyum kecil menatap bangga manusia serigala baru itu.