Vano yang terlihat cukup bangga saat ini sudah kembali berada di kamar hotel keduanya. Tempat di mana Daisy merubah dirinya untuk selamanya menjadi manusia serigala. Matahari mulai terbit dan setidaknya mereka butuh tempat yang pantas untuk kembali seperti semula. Satu peraturan lagi untuk menjadi seorang manusia serigala. Tentu saja untuk keselamatan diri sendiri dari amukan massa. Daisy lagi-lagi membuka lemari dan menemukan pakaian ganti untuknya. Sedangkan Vano juga sudah rapi dengan pakaian kerjanya.
"Mungkin ini salah satu kerugian menjadi seorang manusia serigala. Kau harus memiliki banyak sekali pakaian," Vano tampaknya ingin melucu tapi tidak ada tawa dari bibirnya.
"Kau ini tampan, kaya, sukses, punya jiwa kepemimpinan yang baik, tapi kau sungguh payah dalam hal ini," ucap Daisy yang sedang meratakan lisptik di bibirnya.
"Itu karena aku bukan pelawak!" ucap Vano kesal.
"Hahaha. Itu memang ada benarnya," ucap Daisy kali ini berdiri di hadapan Vano.
"Siapa pria tadi?" tanya Daisy ingin tahu.
"Pria?"
"Yang kita…" ucapan itu tentu saja terhenti.
"Ah itu, kau tenang saja. Dia hanya seorang pemerkosa dan pembunuh. Sebenarnya dia sedang buron karena diduga memperkosa anak kandungnya sendiri dan kemudian menyiksanya. Aku hanya membantu pihak kepolisian membunuh bajingan seperti mereka," ucap Vano santai membenarkan letak dasinya.
"Tapi kita bukan Tuhan! Kita tidak seharusnya menghabisi nyawa seseorang hanya karena kita… lapar?" Daisy terkesan tak yakin.
"Ya aku tidak pernah mengatakan aku mengambil alih semua tugas-Nya. Kita hanya membantu menciptakan dunia yang jauh lebih aman dan nyaman. Kau harus melihat sisi positifnya. Lagipula bukankah kau mendapatkan banyak keuntungan dari ini? Hm, lebih tepatnya akan," ucap Vano santai.
"Ya, itu benar juga. Aku hanya perlu terbaisa dengan ini," ucap Daisy dengan gaun putih lebarnya.
"Lebih baik kau fokus saja pada tujuan awalmu. Kau bisa bayangkan berapa banyak gadis yang bisa kau selamatkan dari jerat laki-laki hidung belang seperti mereka. Kau bisa hitung sendiri berapa banyak wanita yang bisa kau bantu wujudkan mimpinya tanpa harus menjual tubuh mereka," ucap Vano memberi semangat.
"Kau benar. Hm, sejujurnya aku sendiri juga mulai tak sabar," Daisy tersenyum penuh misteri.
"Jangan bunuh mereka dalam satu waktu. Hal menarik dalam balas dendam adalah kau bisa menanamkan ketakutan itu pada mereka dan membiarkannya tumbuh menjalar. Buat hidup mereka tidak tenang. Buat mereka terus menerka kapan hari terkahir mereka hidup!" ucap Vano penuh penekanan.
"Iya, aku mengerti."
"Dan, aku punya satu tugas untukmu," ucap Vano kali ini menatap serius.
"Wow, aku bahkan belum bergerak dan kau sudah memintaku melakukan sesuatu?" tanya Daisy penuh selidik.
"Hmh, ada seseorang yang saat ini membahayakan kita semua. Aku sudah mengatakan padamu mengenai penyerangan Gold Lycaon Company kan? Namanya William Arie. Dia adalah seorang pebisnis dan pemimpin dari kawanannya. Aku tahu dia sangat ingin membunuhku sekaligus juga sangat ingin mencari seseorang yang katanya dapat membunuh manusia serigala seperti kita dengan mudah. Arie sangat takut dengan sosok itu yang aku juga belum tahu siapa. Aku ingin kau mendekatinya dan ya mencari tahu rencananya selanjutnya! Lebih baik lagi kalau bahkan kau bisa mendapatkan informasi mengenai sosok yang begitu ingin Arie temui itu!" ucap Vano tegas.
"Apa kau pikir seseorang seperti Arie itu akan begitu mudah percaya padaku?" tanya Daisy ingin tahu.
"Kau ini artis terkenal bukan tanpa sebab. Aku sangat tahu kau punya kemampuan akting yang luar biasa. Aku juga tahu kau begitu banyak dikagumi oleh para pria juga bukan tanpa alasan. Pesonamu yang sangat cantik dan polos itu akan mudah menjerat pria manapun," Vano meyakinkan.
"Hahaha. Kau pandai memuji kalau ada maunya ya?" Daisy mencemooh.
"Tapi Arie bukan sembarangan, Daisy! Itu kenapa hubungan kerja sama kita ini harus tertutup dengan sangat rapat. Dia sangat membenciku dan kalau dia tahu aku bekerja sama denganmu maka keselamatanmu akan menjadi taruhannya," ucap Vano penuh penekanan.
"William Arie? Cukup membuatku penasaran. Apa dia seberbahaya itu hingga CEO Gold Lycaon Company ini harus meminta bantuan seorang manusia serigala baru seperti aku?" tanya Daisy kali ini membungkukkan tubuhnya dan tangannya merangkul leher Vano dengan mesra.
"Jasper, sekretarisku, akan memberitahu apapun informasi yang kau butuhkan dan ingat perjanjian kita," ucap Vano walau tatapan matanya sama sekali tidak bergeming.
"Cih kau ini. Apa bedanya kau dengan pria busuk lainnya di luar sana. Kau menciumku hanya untuk menunjukkan kekuasaanmu saja. Apa kau tidak pernah memikirkan efeknya untukku?" tanya Daisy kali ini melepaskan rengkuhannya.
"Jangan katakan kau terbawa perasaan karena ciuman itu?" selidik Vano.
"Kenapa kalau iya? Kau menciumku! Kau juga membantuku! Aku rasa wajar bagi wanita manapun untuk jatuh cinta padamu karena itu!" ucap Daisy kali ini.
"Aku hanya tidak ingin hubungan kerja sama kita yang baik rusak karena perasaan receh semacam itu," ucap Vano memberi pengertian.
"Jangan berbohong padaku! Aku tahu kau pria yang dingin, tapi aku bisa melihat jauh di dalam lubuk hatimu kau membutuhkan itu," Daisy tentu saja tak percaya.
"Ya ya kau benar. Aku memang membutuhkannya. Aku… mencintai seseorang," ucap Vano ragu.
"Apa? Kau mencintai seseorang? Kau memang pembohong payah! Kau sangat tak konsisten!" ejek Daisy dengan wajah menghina.
"Hanya kau yang tahu tentang ini jadi jangan banyak bicara lagi! Aku juga tidak tahu kenapa aku mengatakannya padamu, tapi apa yang aku katakan benar," ucap Vano terbata.
"Siapa dia? Apa dia cantik? Apa dia seseorang yang sangat terkenal?" tanya Daisy bahkan harus meletakkan anak rambut ke belakang telinganya.
"Sudahlah! Aku tidak ingin membahasnya! Aku hanya ingin mengatakan bahwa kita sudah sepakat dalam kerja sama ini. Fokus saja dengan itu!" ucap Vano tegas.
"Iya iya aku mengerti. Kau tidak perlu terlalu khawatir. Aku memahami posisiku sebagai seorang rekan kerja dan bawahan saat ini," ucap Daisy melenggangkan tubuhnya menuju jendela besar yang sudah mengedarkan cahaya matahari.
Vano tersenyum kecil dan kini dia berjalan menuju Daisy, "itu kenapa aku menyukaimu."
Mereka berpisah di sana saat Jasper datang dan memberikan banyak sekali instruksi mengenai Arie. Mulai dari siapa dia, di mana dia tingga, apa yang harus dia lakukan, bagaimana mendekati sosok itu, dan lain sebagainya. Kalau boleh jujur, Daisy mungkin sedikit terbawa perasaan karena dia tahu bahwa Vano memang pria yang sangat baik di dalam dan semua personanya ini hanya caranya untuk melindungi orang-orang terkasihnya. Di lain sisi, dia juga sangat sadar diri dan menganggap semua hal ini hanyalah kerjasama profesional saja. Menjadi sahabat atau mungkin 'adik' seorang Vano rasanya sudah cukup.