Clara memasuki rumahnya dengan helaan nafas lelah, entah kenapa hari ini tuh benar-benar tidak baik untuknya. Sejak awal berangkat sekolah Clara merasa tubuhnya menjadi dingin, lalu kepalanya pusing. Hingga akhirnya ia tidak bisa mengikuti pelajaran hingga selesai, dan hanya diam di dalam UKS demi memulihkan kondisinya.
Rasa lelah yang di rasakannya membuat Clara melangkah menuju dapur, ia mengambil gelas dan langsung menuangkan air ke dalamnya. Setelah itu Clara meminum air itu hingga habis, lalu ia mencuci gelas itu kembali dan meletakkan di rak alat-alat rumah tangga. Saat di rasa tenggorokannya lebih baik, Clara pun melangkah menuju kamarnya. Lalu ia berbaring sesaat di tempat tidur, sambil menatap langit-langit kamar.
Clara kembali teringat pada Alex yang tadi marah padanya, sepertinya memang Clara sudah keterlaluan. Jika memang Alex berniat baik, kenapa ia harus menolaknya? Di saat memikirkannya kembali, Clara jadi merasa bersalah pada pria itu.
"Besok aku harus minta maaf! Semoga saja tubuhku sudah membaik," putus Clara pada akhirnya.
Merasa tubuhnya sudah lebih baik, Clara bangkit dari posisi baringnya dan melangkah ke kamar mandi. Ia membersihkan dirinya lebih dulu, baru setelah itu ia bisa bersantai sambil belajar.
.
.
.
Pagi hari yang baru, Clara baru saja terbangun dari tidurnya pukul 6. Ia pun langsung membersihkan diri dan berganti pakaian dengan seragam sekolah, setelah selesai baru ia keluar dari kamar dan menyiapkan sarapan untuk dirinya dan sang ayah. Beberapa saat kemudian sarapan pun selesai, lalu Bambang juga sudah keluar dari kamar.
"Sarapan dulu yah!" ucap Clara pada sang ayah.
Bambang mengangguk setuju, lalu ia duduk di salah satu kursi yang kosong.
"Semalam ayah pulang larut ya? Aku tidak menyadarinya," tanya Clara pada Bambang.
"Iya, ayah pulang sekitar tengah malam. Kemarin toko lumayan ramai jadi ayah memutuskan untuk tutup lebih lambat," jawab Bambang apa adanya.
"Syukurlah kalau begitu aku ikut senang mendengarnya," balas Clara dengan senyumnya.
"Tentu, jadi kapan-kapan kamu mainlah ke toko!" pinta bambang pada Clara.
"Iya, nanti Clara main ya? Sekalian bantu-bantu tapi kalau sudah selesai sekolah," jawab Clara memperjelas.
"Nah itu baru anak ayah, pintar!" balas Bambang memuji Clara.
"Iya dong," jawab Clara dengan percaya diri.
Bambang pun tertawa kecil melihat putrinya kini tumbuh semakin dewasa, beruntung mereka bisa bertahan hidup selama ini walau hanya mengandalkan toko sembako kecil di ujung jalan kampung.
"Ayo yah, habiskan dulu sarapannya!" pinta Clara pada Bambang.
"Iya pasti ayah habiskan," jawab Bambang pasti.
Mereka pun melanjutkan sarapan mereka yang tertunda, hingga akhirnya piring-piring mereka kosong. Lalu Clara mengambil piring-piring itu dan mencucinya di wastafel dapur, setelah selesai barulah Clara berpamitan pada sang ayah untuk berangkat sekolah.
"Ya sudah yah, Clara berangkat sekolah dulu ya? Ayah baik-baik di toko! Nanti Clara datang kalau sudah pulang sekolah," pamit Clara pada Bambang.
"Iya nak, kamu juga hati-hati ya? Belajar yang rajin, agar bisa menjadi orang sukses!" balas Bambang mengingatkan.
"Siap yah!" jawab Clara, lalu ia mencium tangan sang ayah dan melangkah keluar dari rumah.
Bambang hanya tersenyum melihat punggung Clara yang semakin menjauh, lalu sesaat kemudian tatapan sendu pun terlihat dari wajah itu.
"Kamu harus sukses nak, jangan seperti ayah yang bodoh karna mudah di tipu. Ayah yakin, kamu pasti akan menjadi anak yang pintar dan sukses. Doa ayah selalu menyertaimu Clara," gumam Bambang.
Di sisi lain Clara sudah menaiki bus yang mengarah ke sekolahnya, lalu ia duduk tenang sambil menatap keluar jendela. Dimana orang-orang sibuk berangkat kerja, kota menjadi ramai karna hal itu. Beberapa saat kemudian bus tiba di halte depan sekolah Clara, Clara pun langsung turun dari bus itu dan melangkah masuk ke area sekolah.
.
.
.
Alex mengendarai motornya memasuki halaman sekolah, lalu berhenti di parkiran tepat di dekat kedua temannya berada sekarang.
"Wah, tumben bawa motor?" tanya Ryan sedikit heran.
"Bosan," jawab Alex seadanya.
Thomas dan Ryan pun saling melirik, lalu mereka tersenyum mendengar jawaban Alex itu.
"Iya deh, orang kaya mah bebas!" tekan Thomas dengan seringainya.
"Ayo masuk, bentar lagi bel!" titah Alex mengabaikan pernyataan Thomas.
Akhirnya ketiga pria itu pun melangkah masuk ke dalam gedung sekolah, teriakan dan perhatian para siswi pun mulai terarah pada mereka.
"Aahhh itu The Boys!" teriak salah satu siswi.
Semua siswi pun mulai mengalihkan perhatiannya pada The Boys, lalu mereka saling berbisik mengagumi ketampanan The Boys.
"Ah, mereka keren parah!" ucap salah satu siswi.
"Iya! Duh jadi gemes deh," balas siswi lainnya.
"The Boys memang yang terbaik!" lanjut siswi di barisan lainnya.
"Mereka bikin jantung gw mau copot tau gak?" ucap salah seorang siswi.
"Iya nih tampannya kelewatan," balas siswi lainnya.
Alex, Ryan, dan Thomas hanya menampilkan wajah dinginnya di hadapan semua siswi itu. Mereka sama sekali tidak peduli, karna hal itu sudah biasa. Tapi, ada satu hal yang tidak biasa. Tiba-tiba Clara lewat begitu saja tanpa memperdulikan tiga pria yang di puja semua siswi itu, hal itu membuat semua siswi langsung berbisik tentangnya.
"Dih dia lagi, masih angkuh aja si?" ucap salah satu siswi yang terdengar oleh Clara.
"Tau, miskin tapi belagu parah!" balas siswi lainnya.
"Berani sekali ya dia mengabaikan The Boys, padahal kita semua menyukai The Boys!" ungkap siswi barisan yang lain.
"Iya tuh tidak tau malu," balas siswi lainnya.
Clara pun menghela nafas panjang untuk meredam emosinya, lalu ia pun berbalik menatap sekumpulan siswi yang masih terdiam di belakang The Boys.
"Ternyata aku sangat terkenal ya, sampai kalian semua sibuk membicarakan aku? Baguslah, setidaknya kalian memiliki sedikit pekerjaan daripada hanya menghabiskan uang orang tua!" tukas Clara dengan seringainya.
Bagai di tampar secara langsung, semua orang yang ada di sana terdiam mendengar perkataan Clara. Sedangkan Clara sendiri malah pergi meninggalkan mereka dengan wajah puasnya, salah sendiri membuat Clara emosi di saat moodnya baru saja membaik.
Kata-kata Clara benar-benar menusuk semua orang, karna nyatanya semua anak-anak yang sekolah di SHS memang dari keluarga kaya. Tentu mereka belum pernah bekerja, dan selama ini mereka hanya memanfaatkan harta orang tua untuk bersenang-senang.
"Gila tuh cewek! Mulut pedasnya sudah balik lagi," gumam Ryan dengan malas.
"Masalah datang lagi nih Lex, sekarang bagaimana?" tekan Thomas pada Alex.
Alex menatap punggung Clara tajam, lalu ia menunjukan seringainya pada Thomas dan Ryan.
"Apa lagi? Ya lanjutkan pembullyan," jawab Alex dengan wajah tidak mau kalah.