"Apa?" tanya Alex langsung.
"Sepertinya lo sudah paham deh tanpa harus kita tanya lagi," jawab Ryan dengan penuh penekanan.
"Maksudnya?" balas Alex pura-pura tidak mengerti.
"Sudah deh Lex, tidak perlu pura-pura lagi. Ada cerita apa nih sampai lo begitu perhatian sama tuh cewek sombong? Sepertinya ada yang kita tida tau tentang lo Dan dia?" ngkap Thomas langsung menekan Alex.
"Apa yang harus di jelaskan? Memang tidak ada apa-apa kok," jawab Alex seadanya.
"Yakin tidak ada yang lo sembunyiin dari kita?" tanya Ryan tidak percaya.
"Menurut lo?" balas Alex dengan santainya.
"Terus kalau gitu untuk apa lo minta maaf sama tuh cewek sombong, jelas ada sesuatu yang di sembunyikan di sini!" ungkap Thomas pada Alex.
Mendengar perkataan temannya itu, Alex jadi tahu jika Ryan dan Thomas pasti mengikutinya. Lalu mereka mengintip dirinya saat mengantar Clara ke UKS, dan mereka juga mendengar semua perkataannya.
"Kalian ikutin gue?" tanya Alex dengan dingin.
Seketika Ryan dan Thomas pun menyadari kesalahan mereka yang membocorkan tentang hal itu, tapi mau bagaimana lagi? Karna sudah mengetahuinya sekarang, jadi ya sudah.
"Ya hanya sedikit," jawab Ryan seadanya.
"Habisnya kita itu penasaran Lex, biasanya kan lo selalu membully itu cewek tapi sekarang kok malah perhatian sekali sama dia? Jelas kita kepo, jadi ya tidak ada salahnya kan kita ngikutin lo?" jelas Thomas dengan jujur dan apa adanya.
Alex pun kembali menghela nafas panjang, benar-benar deh kedua temannya itu.
"Ya gue merasa bersalah aja sama dia, kemarin kan gue menjahili dia sampai nangis-nangis ketakutan. Gue takut aja kalau dia sakit itu gara-gara gue kerjain kemarin jadi ya sekedar rasa bersalah aja," jawab Alex menjelaskan.
"Oh jadi gitu, memang mau lo jahili dia kayak gimana kemarin?" tanya Ryan ingin tahu.
"Iya nih, kok tidak bilang-bilang kalau mau ngerjain? Gua kira kemarin lo ikut balik juga bareng sama kita," lanjut Thomas kecewa.
"Tidak, gue memang tidak langsung pulang. Gue jahili dia dulu, Gue kunci dia di ruang kelas. Terus gue main game online di ponsel, eh kebablasan sampai malam. Gue kaget saat melihat langit sudah gelap, terus gue kembali ke kelas dan gue buka pintu kelas yang sebelumnya gue kunci, eh pas gue buka kunci pintu itu dia langsung nampar gue. Mukanya kelihatan ketakutan banget, terus juga wajahnya penuh sama air mata. Ya lo pikir aja kan, siapa juga yang akan tega melihat cewek pasang ekspresi kayak gitu. Sebrengsek apapun cowok, pasti akan takluk juga melihat ekspresi dia. Jadi ya gue ngerasa bersalah aja takut ada efek samping dari traumanya dia kemarin," ungkap Alex menjelaskan yang sebenarnya pada Ryan dan Thomas.
"Hah, yang bener aja lo? Lo kunci dia di ruang kelas sampai malam?" tanya Ryan dengan wajah terkejut.
"Iya emang begitu, tapi kan tidak sengaja juga makanya gue merasa bersalah," Jawab Alex apa adanya.
Ryan dan Thomas pun mengangkat bahunya acuh, mereka tidak akan bertanya lebih jauh karena itu urusan pribadi Alex dengan Clara. Setidaknya Alex sudah bercerita pada mereka, tidak ada lagi pertanyaan yang mengganjal di pikiran mereka. Tanpa terasa waktu berlalu begitu cepat, tiba-tiba Bel masuk berbunyi dari semua siswa juga siswi pun kembali masuk ke dalam kelas.
Pelajaran pun dimulai, waktu juga terus berlalu hingga suara bel pulang mulai terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Di saat itu para siswa dan siswi merapikan alat tulis mereka dan memasukkannya kembali ke dalam tas, Setelah selesai mereka langsung keluar dari kelas dan melangkah pulang ke rumah masing-masing.
Hal yang sama juga berlaku pada Alex dan teman-temannya, namun pada saat mereka akan keluar dari kelas tiba-tiba keluar masuk ke dalam kelas untuk mengambil tasnya. Seketika Alex, Ryan, dan Thomas pun saling melirik, mereka merasa kasihan pada Clara tapi tidak mau menunjukannya secara jelas.
"Lo sudah baikan?" tanya Alex memastikan.
"Sudah," jawab Clara seadanya.
"Bagus deh, awas aja kalau sampai sakit lagi!" balas Alex dengan nada mengancamnya.
Clara menatap Alex dengan heran, lalu ia pun menyuarakan rasa herannya itu.
"Hah, siapa lo ngatur-ngatur hidup gw? Lagian semua ini juga karna lo, kalau lo tidak mengunci gw kemarin pasti saat ini gw masih sehat!" tekan Clara dengan tajam.
Mendengar perkataan Clara, Alex merasa sedikit emosi. Ia pun menarik tangan Clara hingga tubuh mereka saling berdekatan, tatapan keduanya pun saling menusuk satu sama lain.
"Gw kan sudah minta maaf, kok lo masih membuka masalah itu sih?" tukas Alex tidak terima.
"Kenapa? Merasa bersalah? Jelas aja lo salah, yang lo lakuin kemarin itu benar-benar kelewatan. Mungkin kalau semalam lo tidak buka kuncinya, gw sudah jadi mayat sekarang!" balas Clara penuh penekanan.
Alex dan kedua temannya sama-sama terdiam, sedangkan Clara langsung melangkah masuk ke kelas untuk mengambil tasnya.
"Emang separah itu kondisinya?" gumam Ryan mempertanyakan.
"Dia tidak seperti biasa deh, memang seberat apa si traumanya?" lanjut Thomas sama herannya.
Alex hanya terdiam, ia sendiri tidak tau sebesar apa rasa trauma yang Clara miliki tentang kegelapan. Tapi melihat dari responnya, hal itu pasti bukan masalah yang biasa.
Clara melangkah keluar dari kelas tanpa memperdulikan keberadaan Alex, Ryan, dan Thomas yang masih berada di depan kelas itu. Wajahnya terlihat datar dan pucat, sepertinya Alex sudah berbuat hal yang tidak baik pada gadis itu. Hingga efek yang di timbulkan sampai sebesar ini, Clara sakit dan semakin tidak menyukainya.
Merasa tidak ada lagi yang bisa ia lakukan di sana, Alex pun melangkah keluar dari sekolah di ikuti oleh Ryan dan Thomas. Sesampainya di parkiran, Alex memisahkan diri dari kedua temannya itu.
"Lo tidak ikut main Lex?" tanya Thomas pada Alex.
"Tidak. Gw mau langsung balik aja," jawab Alex seadanya.
"Oh, ok. Kita duluan ya kalau gitu, bye!" balas Ryan paham, dan di angguki oleh Thomas.
Alex mengangguk pelan, lalu ia masuk ke dalam mobilnya. Setelah mobil Ryan melewati gerbang sekolah, barulah Alex melajukan mobilnya perlahan. Belum jauh dari area sekolah, Alex melihat seorang gadis sedang duduk sendiri di halte bus. Merasa tidak tega, Alex pun melajukan mobilnya ke arah gadis itu. Setelah tiba di depan halte, Alex langsung keluar dari mobil dan mendekati gadis itu.
"Ayo masuk mobil, gw antar sampai rumah!" ajak Alex pada gadis itu.
Gadis itu menatap Alex dengan heran, lalu ia malah mengabaikan ajakan Alex dan tidak meresponnya sedikitpun. Alex hanya menghela nafas, lalu ia mencoba bicara pada gadis itu.