Pagi ini Crystal bangun lebih pagi dari hari sebelumnya, bukan karena Reagan tidak pulang tapi karena Crystal tidak mau telat sampai di sekolah yang sudah diceritakan James tadi malam. Beruntung Crystal sudah memiliki banyak stok pakaian dan sepatu baru, alhasil dia tidak merasa bingung lagi harus menggunakan pakaian apa untuk pergi ke sekolah di hari pertamanya. Tidak seperti saat masih ada di Melbourne.
"Kau terlihat luar biasa pagi ini, sayang," ucap Roman West pelan mengomentari penampilan Crystal yang begitu berbeda. Crystal terlihat anggun dengan penampilannya saat ini, pakaian yang dipilih Crystal membuatnya terlihat 'mahal'. Selain memang dari harga pakaiannya yang fantastis, aura yang dipancarkan Crystal pun membuatnya menjadi sosok Crystal yang berbeda. Kecantikan khas wanita latin yang diwariskan sang ibu membuat Crystal terlihat mengagumkan pagi ini.
Pipi Crystal merona mendengar pujian dari sang kakek, seumur hidupnya baru kali ini Crystal mendapatkan pujian semacam itu dari orang lain.
"Reagan benar-benar beruntung mendapatkanmu," imbuh Roman West kembali.
"Bukankah sebaliknya Dad." Dari arah kiri Laura yang baru datang ikut bicara, Laura yang belum melihat Crystal langsung menyela perkataan sang ayah mertua begitu mendengar ayah mertuanya itu memuji Crystal.
Namun keadaan langsung berbalik, Laura langsung mengunci bibirnya rapat-rapat ketika melihat penampilan Crystal yang terlihat begitu berbeda dari hari sebelumnya.
"Sialan, bagaimana bisa gadis ini terlihat mengagumkan," ucap Laura dalam hati, Laura menatap Crystal dari atas kepala sampai ujung kaki. Laura mengutuk kecantikan alami yang Crystal miliki, riasan tipis yang Crystal aplikasikan justru membuat kecantikannya terlihat jelas. Terbiasa melihat riasan Ariel yang tebal membuat Laura terkesima melihat penampilan Crystal pagi ini.
"Mereka beruntung memiliki satu sama lain lebih tepatnya, Laura." Austin yang baru saja datang langsung mengoreksi perkataan sang istri demi menjaga emosi sang ayah yang terlihat tidak senang mendengar perkataan Laura. "Bukankah begitu, Dad?"
Roman West menyeka bibirnya dengan sapu tangan. "Tentu saja."
Austin tersenyum lebar, karena tidak mau membuat keadaan semakin tidak nyaman Austin lantas memberikan perintah pada sang istri untuk duduk. Beruntung Laura cepat sadar, dengan mulut tertutup rapat Laura pun lantas duduk tepat di samping Austin dan mulai menikmati makanan yang sudah disajikan para pelayan. Ariel yang sangat sibuk dalam project barunya sudah berangkat ke kantor pagi-pagi sekali, karena itulah dia tidak ikut makan pagi bersama.
Setelah makan pagi yang penuh ketegangan itu selesai, Crystal lantas diajak oleh Roman West untuk segera berangkat. Meski hari masih cukup pagi untuk berangkat ke sekolah informal itu namun hal itu tidak mengurangi semangat lelaki tua itu untuk mengantar Crystal. Terlalu sibuk mengagumi Crystal membuat Roman West melupakan Reagan, yang ada dalam pikiran Roman West saat ini hanyalah Crystal.
"Ini tempatnya?" tanya Crystal setengah berbisik, melihat megahnya bangunan sekolah informal yang berdiri tegak di hadapannya saat ini membuat Crystal merasa sedikit tertekan. Crystal yakin sekali banyak anak orang penting di London yang menimba ilmu di sekolah kepribadian ini.
Roman West tersenyum kecil, dia merasakan kegugupan Crystal. "Pemilik tempat ini adalah sahabat baik kakek, kau tidak usah khawatir. Tidak akan ada yang berani mengganggumu disini."
"Tapi…"
"Identitasmu juga disamarkan, mereka tidak akan sadar jika dirimu adalah istri Reagan West. Mary sudah mengaturnya dengan baik untukmu," ucap Roman West kembali. "Jadi kau bisa belajar dengan nyaman."
Senyum Crystal seketika merekah lebar. "Terima kasih kakek!!"
Roman West tertawa terbahak-bahak, ucapan terima kasih Crystal membuat Roman West begitu senang. Crystal benar-benar membuat Roman West merasa memiliki hidupnya kembali, cucu menantunya yang begitu baik ini membuatnya memiliki semangat untuk hidup lebih lama lagi.
Karena tidak mau membuat Mary menunggu, Roman West lantas memerintahkan James untuk membawanya masuk kedalam ruangan Mary untuk memperkenalkan Crystal kepadanya. Mary yang sudah menunggu kedatangan murid barunya terlihat begitu antusias menyambut kedatangan Crystal, wanita paruh baya itu bahkan terus memuji Crystal dengan tulus.
"Sekarang pergilah ke kelasmu, ruangannya ada di lantai satu. Ruangan pertama yang ada di dekat kolam ikan koi, itu ruanganmu," ucap Mary sambil tersenyum.
"Aku mengerti," jawab Crystal pelan. Crystal memalingkan wajahnya ke arah Roman West dan James yang duduk berdampingan.
Roman West mengangguk pelan. "Selamat belajar, nanti siang akan ada driver yang menjemputmu. Jangan khawatir."
"Terima kasih kakek, sampai bertemu lagi dirumah." Crystal berpamitan dengan sopan sebelum akhirnya benar-benar pergi meninggalkan ruangan sang pemilik sekolah dengan riang, Crystal tidak sabar belajar hal baru yang sama sekali tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.
"Cucumu yang playboy itu beruntung mendapatkan gadis seperti Crystal," ucap Mary Ruth pelan.
Roman West tersenyum. "Sepertinya Tuhan belum meninggalkan aku Mary, Dia memberikan seseorang yang bisa aku percaya untuk menjaga cucuku yang bodoh dan keras kepala itu."
***
Karena terlalu bersemangat Crystal melupakan perkataan sang pemilik sekolah, Crystal terlihat panik dan bingung.
"Kolam ikan," kedua mata Crystal langsung berbinar. "Ya, ruanganku ada di dekat kolam ikan…"
Crystal langsung berhenti bicara saat melihat banyaknya kolam ikan yang berada di depan matanya, sepertinya sang pemilik sekolah lupa jika dirinya memiliki banyak kolam ikan di di lantai satu.
"Aduh, bagaimana ini…"
"Anak baru?"
"Eh?" Crystal langsung memalingkan wajahnya ke arah sumber suara.
Tepat di hadapan Crystal berdiri seorang pria muda seumuran Reagan.
Crystal mengangguk pelan. "I-iya, ini hari pertamaku."
"Ruanganmu ada disana, tepat di samping kolam ikan koi. Sepertinya wanita itu lupa jika dirinya memberitahukanmu secara detail letak ruanganmu."
Crystal menggeleng panik. "Tidak…tadi Nyonya Mary sudah memberitahukan aku tapi aku lupa. Banyaknya kolam ditaman ini langsung membuatku lupa dengan perkataan Nyonya Mary."
Pria berkacamata tebal itu tertawa geli, secara tidak terduga dia mengulurkan tangannya ke arah Crystal. "Virgo Kane."
"Siapa namamu?" Karena Crystal terus diam akhirnya Virgo menanyakan nama Crystal secara jelas.
Alih-alih menjawab dan menerima uluran tangan Virgo yang mengajaknya berkenalan, Crystal justru melangkah mundur. "Sepertinya kita tidak akan bertemu lagi, jadi kita tidak perlu saling mengenal," ucap Crystal pelan, menolak secara halus memberitahukan namanya pada pria yang baru saja ditemuinya itu. Crystal menjaga diri dari kemungkinan yang tidak diinginkan, keberadaannya di sekolah ini adalah untuk belajar seperti keinginan sang kakek.
Setelah berkata seperti itu Crystal lantas bergegas pergi dari hadapan Virgo menuju ruang kelasnya yang berada di samping kolam ikan koi, kolam ikan Koi. Mulai hari ini Crystal harus mengingat kolam ikan apa yang ada di dekat kelasnya supaya hal memalukan seperti tadi tidak terulang kembali.
Ditolak mentah-mentah oleh seorang gadis membuat Virgo tertawa, professor muda itu menertawakan dirinya sendiri dan berkata, "Gadis yang menarik…."
Bersambung