Selama makan pagi berlangsung Roman West tidak henti-hentinya mengajak Crystal bicara, Roman West sama sekali tidak memperdulikan tatapan semua orang yang merasa terganggu dengan pembicaraannya dengan Crystal. Bagi Roman yang sudah memimpikan sejak lama kehadiran wanita yang menjadi pendamping Reagan keberadaan Crystal terasa begitu berarti, karena itulah dia langsung mencoba mengakrabkan dirinya dengan gadis pemalu yang sedang duduk tepat di sampingnya itu.
"Kau harus menghabiskan seluruh makananmu," ujar Roman West tanpa rasa bersalah saat menambahkan potongan daging dada ayam super juicy keatas piring Crystal yang masih terisi banyak makanan yang belum tersentuh. "Hari ini jadwalmu padat, jadi kau membutuhkan banyak energi untuk itu."
Kedua mata Crystal membulat sempurna menatap gunungan makanan luar biasa lezat di depan matanya saat ini, dimasa lalu Crystal pasti akan langsung melahap semua makanan itu tanpa sisa. Tapi saat ini sudah pasti dirinya tidak bisa melakukan hal itu, statusnya sebagai istri Reagan West dimata semua orang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.
"Aku tidak bisa menghabiskan makanan sebanyak ini seorang diri, kek," ucap Crystal sopan.
Roman West menaikan satu alisnya. "Tidak bisa, kenapa tidak bisa?"
Crystal sedikit menundukkan kepalanya. "Tubuhku bisa mengembang seperti kue donat jika aku makan terlalu banyak dan Reagan…"
Tubuh Reagan langsung tegak mendengar namanya disebut oleh Crystal.
"Kenapa dengan Reagan?" sela Roman West cepat.
"Reagan tidak akan mencintaiku lagi jika sampai aku seperti itu, kek," lanjut Crystal dengan nada sedih, seluruh tubuh Crystal terasa dingin dia tidak tahu apakah akting yang baru saja dia lakukan berhasil atau tidak. Crystal hanya spontan melakukan itu, dia tidak memikirkan jawaban lain selain mengikutsertakan Reagan sebagai alasan untuk menolak makanan yang ada di atas piringnya.
Secara tidak terduga Roman West menoleh ke arah Reagan. "Reagan!!! Kau sudah keterlaluan."
"Hah?"
"Kakek tidak mengajarkanmu menjadi lelaki tidak bermoral seperti itu." Roman West menaikan suaranya tiga oktaf. "Bagaimana bisa kau meminta istrimu untuk menjaga pola makannya seperti itu, memangnya kau tidak lihat jika istrimu sudah sangat kurus? Kau benar-benar mengecewakan kakek."
Bukan hanya Reagan yang terkejut setengah mati, Ariel dan kedua orang tuanya yang sejak tadi hanya menjadi pendengar yang baik pun juga terlihat begitu kaget saat mendengar perkataan Roman West yang sangat tidak terduga itu. Mereka bertiga tidak menyangka lelaki lumpuh itu bisa bicara begitu keras pada cucu kesayangannya.
"Mulai saat ini kau tidak diperbolehkan lagi melarang Crystal makan, Crystal dibebaskan makan apapun yang dia suka dan inginkan. Jika sampai kakek mendengar lagi kau melarang Crystal makan demi menjaga bentuk tubuhnya tetap langsing maka jangan salahkan kakek jika kakek akan menghukummu," imbuh Roman West kembali.
Reagan yang tidak menduga acting Crystal akan memiliki efek sebesar itu pun terlihat sangat shock ketika mendengar ancaman dari sang kakek yang tidak main-main itu, Reagan tahu jika saat ini sang kakek benar-benar sangat marah kepadanya. Really? Hanya beberapa patah kata dari Crystal sang kakek bisa semarah ini! Crystal benar-benar berbakat.
Merasa sudah tidak memiliki nafsu makan, Roman West lantas dengan cepat menyeka bibirnya dengan sapu tangan dan meletakkannya di atas piring makannya yang masih terdapat beberapa potong daging dengan kasar.
"James."
James yang sejak tadi berdiri dibelakang Roman West langsung melangkah maju ke arah Roman West. "Saya Tuan."
"Kita berangkat sekarang, tiba-tiba saja aku sudah kenyang," ucap Roman West serak.
"Baik Tuan," jawab James cepat, secepat gerakan kedua tangannya yang langsung menyentuh handle pendorong di kursi roda Roman West. Sebenarnya kursi roda Roman West adalah jenis kursi roda paling canggih yang bisa digerakkan melalui sentuhan, namun ketika sedang ada dirumah James mengambil alih tugas mesin pada kursi roda Roman West dan memilih untuk mendorong secara manual.
Tatapan penuh kemarahan Roman West langsung lenyap ketika dia mengalihkan pandangannya pada Crystal yang langsung mengunci bibirnya rapat-rapat.
"Kakek tidak marah padamu anak baik," ucap Roman West lembut, sangat lembut. "Maafkan kakek karena sudah membuatmu memiliki suami tidak tahu diri seperti Reagan, tapi tenang saja selama ada kakek maka kau tidak perlu menjaga berat tubuhmu lagi. Kau diperbolehkan makan apapun yang kau suka, Reagan tidak memiliki hak untuk melarangmu lagi."
Crystal mengangguk pelan dengan bibir yang masih terkunci rapat, Crystal memilih diam karena takut salah bicara.
"Good, sekarang ikut kakek. Kakek ingin membawamu ke suatu tempat yang menyenangkan."
Sorot mata Crystal berubah cepat ketika mendengar kalimat terakhir yang terlontar dari bibir Roman West. "Tempat yang menyenangkan?" ulangnya tanpa sadar.
Roman West menipiskan bibir. "Iya dan kakek tidak akan memberitahukan nama tempatnya sekarang, yang pasti kakek yakin sekali kau akan menyukainya. Jadi ayo kita pergi."
Tanpa ragu Crystal bangun dari kursi tempatnya duduk, namun sebelum itu terjadi satu hal yang mengejutkan Reagan dan keluarga Austin. Dalam gerakan luwes nan anggun, Crystal meraih sapu tangan yang ada diatas pangkuannya dan langsung menyeka bibirnya menggunakan sapu tangan itu. Apa yang baru saja Crystal lakukan adalah sebuah etiked makan yang biasanya dilakukan oleh mereka orang-orang kaya atau para bangsawan yang sudah terbiasa melakukan hal itu secara terus menerus dan Crystal baru saja melakukannya dengan mudah, seolah Crystal sudah terbiasa melakukan hal itu setiap harinya. Dan bukan hanya Reagan serta keluarga Austin saja yang melihat hal itu, mata renta Roman West juga menangkap jelas apa yang Crystal lakukan.
Roman West berdehem pelan memberikan instruksi pada James untuk segera membawanya pergi dari ruang makan yang begitu luas itu, James yang paham dengan setiap detail perintah sang tuan pun dengan segera mendorong kursi roda berwarna hitam itu menuju pintu keluar diikuti Crystal yang berjalan dengan langkah pelan mengimbangi laju kecepatan kursi roda yang sedang didorong oleh James.
Lamunan Reagan pada Crystal hilang saat Ariel membanting pisau dan garpunya keatas piringnya dengan keras.
"Ariel." Luara memperingati putri tunggalnya dengan lembut.
"Aku tiba-tiba kehilangan nafsu makan, Mom," ucap Ariel ketus, tatapan matanya tertuju pada Reagan yang juga sedang menatapnya.
"Tapi kau belum menyentuh makananmu sedikit pun sayang, kau bisa sakit jika…"
"Aku bilang aku tidak lapar Mommy!" Ariel berteriak keras, kedua mata birunya pun langsung terisi air mata yang siap turun. "Aku sudah kenyang melihat tingkah pengantin baru dirumah ini."
Laura mengepalkan tangannya, dia akhirnya mengerti kemana arah pembicaraan putri semata wayangnya itu. "Ariel…
Belum sempat Laura menyelesaikan perkataannya, Ariel yang kesal dan marah itu langsung bangun dari kursi tempatnya duduk dan langsung berlari ke arah taman meninggalkan semua orang dengan air mata yang membanjiri wajahnya.
"Ariel…"
"Biar aku saja yang mengurusnya." Reagan memotong perkataan Laura dengan cepat, secepat gerakannya yang langsung meninggalkan meja makan menyusul Ariel bersama Jarvis yang mengikuti dari belakang.
Laura yang bingung bersiap untuk bangun, namun sentuhan Austin di lengannya seketika membuat Laura membatalkan niatnya.
"Biarkan saja, semuanya akan menjadi lebih menarik jika kita tidak ikut campur," ucap Austin dengan tenang.
"Tapi Reagan mengejar Ariel dan Ariel akan semakin sulit lepas dari Reagan jika terus seperti ini, Austin," sahut Laura dengan keras.
Austin menipiskan bibir. "Aku tahu, tapi yakinlah jika hal ini akan menguntungkan kita."
"Apa maksudmu?"
Austin menyeka bibirnya dengan sapu tangan. "Perasaan manusia adalah hal yang paling sulit diterka dan aku ingin memanfaatkan itu untuk memuluskan rencana kita, jadi jangan lakukan apapun. Biarkan semua mengalir seperti apa adanya, aku yakin kedekatan Reagan dan Ariel ini akan membawa keuntungan besar untuk kita dimasa depan."
Bersambung