"Jadi tadi itu Mas Arzan nelpon aku. Katanya dia itu tadi waktu selesai nganterin aku ke kampus, dia di telpon sama Ibunya kalo adenya itu sakit. Terus baterai handphone dia habis. Jadinya dia ga bisa nelpon aku deh. Dia harus buru-buru pulang karena kan di rumah udah ga ada Ayahnya, jadinya dia yang bertanggung jawab semua itu. Gitu Bu, ceritanya."
"Oh gitu. Syukur deh kalo Arzan ga kenapa-kenapa. Kamu, udah nangis aja gara-gara ga di jemput sana Arzan."
"Abisan aku kesal Bu. Aku udah nunggu sejam lebih coba. Terus dia juga ga ada kabar lagi. Aku juga kepikiran sama dia takutnya dia kenapa-kenapa. Kan soalnya dia juga jarang ada di Jakarta. Mana bawa mobil lagi ya kan."
"Yaudah. Yang penting sekarang Arsa ga kenapa-kenapa kan."
"Iya, Bu."
"Kalo gitu Randi pamit dulu ya Bu, Lavanya."
"Pamit? Buru-buru banget Mas Arzan?" tanya Ibuku.
"Iya, kan Lavanya nya juga udah ga kenapa-kenapa. Lagian Mas Arzan harus kerjain pekerjaan Mas Arzan di kantor."