Kieeekkk! Kieeekkk!
Suara para Kalueng yang masih tersisa sekitar separuh masih menyisakan kengerian, gigi-gigi mereka yang lancip dan juga cakar yang tajam membuat siapapun yang menatapnya seolah menjadi gemetar. Namun, para Pendekar tetap bertahan dan berupaya sekuat tenaga menghadapi para Kalueng, namun, ada juga sedikit diantara mereka yang keluar dari medan perang karena takut pada kematian. Mereka lebih memilih menyelamatkan diri.
Kaja terus mendesak para Kalueng itu, Kalueng tak berkutik, ketika mereka mulai akan menyerang Kaja. Kaja sudah lebih dulu mendaratkan pedangnya yang menjadi panjang.
Bug! Blaamm!
Kalueng tampak terpelanting kesana-kemari. Kaja mendekati Bagas yang juga tengah sibuk mengayunkan tongkat saktinya, Gerakan Bagas juga terarah dan langsung menghentak para Kalueng itu.
"Bagas, Aku butuh bantuanmu," Bagas membelakangi Bagas sambil mengibaskan pedangnya, Kalueng pun terpelanting.
"Apa itu?" Bagas mulai mereda serangannya, belum ada Kalueng yang mendekat lagi.
"Lindungi Jiro hingga mendekati si Penyihir yang mengendalikan Kalueng-Kalueng itu."
"Lalu, bagaimana dengan Kalueng sebanyak ini?"
"Serahkan padaku. Lakukan saja jika sudah kuberi aba-aba," Kaja menyilangkan kedua pedangnya.
Bagas tak tahu apa yang direncanakan Kaja, tapi dia seolah memang harus mengikuti kata-katanya karena memang para Kelueng dikendalikan oleh penyihir bernama Sarkus di ujung sana, tepatnya di depan bukit yang terus saja tersenyum mengerikan sambil menggerakkan tongkatnya.
Kaja melompat ke tengah-tengah pertempuran. Kaja memejamkan matanya sejenak, dia mencoba merasakan semua gerakan para Kelueng. Ini seperti tengah menyembuhkan penyakit seseorang dan mengidentifikasinya, Kaja menyebarkan aura energinya ke seluruh penjuru pertempuran. Energi tipis ini mendeteksi kearah mana saja para Kalueng bergerak, ribuan Kalueng. Kaja mendapatkan seluruh posisi para Kelueng itu.
Di sudut ruangan yang penuh warna putih, Kaja menatap Groot.
'Groot, pinjamkan aku kekuatanmu." Dan, Groot tersenyum kepadanya melalui mulutnya yang terurai dengan serabut-serabut Kayu.
Wusshhhh! Wussshhh! Kratak!
Angin mendesau tiba-tiba, retakan di tanah tiba-tiba muncul. Akar-akar entah darimana muncul dan menyembul ke atas sebesar lengan orang dewasa, ada yang kecil, juga ada yang lebih besar juga.
Kaja menancapkan pedang kirinya ke tanah, dan deburan debu meledak di sekitarnya.
Blummm!
Akar-akar bermunculan di seluruh tempat di pertempuran itu. Banyak Pendekar yang heran darimana akar-akar itu muncul, apakah ada diantara mereka yang memiliki kekuatan seperti menguasai kekuatan kayu?
Akar serabut terus bermunculan, menyembul keatas, menangkap para Kalueng. Menjerat tubuh, kaki, kepala Kalueng dan membuat mereka terperangkap. Kaja terus berkonsentrasi menyatukan kekuatannya dengan Groot dan merasakan setiap keberadaan Kalueng-Kalueng itu.
Sarkus di ujung sana melihat hal itu, dia merasa kaget. Kekuatan macam apa itu? Sarkus baru sadar, bahwa di antara para Pendekar ada yang mengusai energi sekuat itu, setidaknya itu bisa dibilang setara dengan ketua divisi. Ya, Ketua Divisi yang selalu diikutinya.
Sarkus paham betul, ada 7 Divisi, dan setiap divisi memiliki seorang ketua. Dan, dirinya adalah tangan kanan dari salah satu Divisi itu. Orang yang memiliki kekuatan ini, setidaknya tidaklah lebih lemah dari salah satu ketua divisi yang selalu disertainya.
Bagas melihat suluran-suluran akar demikian banyak menjerat para Kalueng. Bagas langsung paham, inilah aba-aba itu. Dia terbang dan melompat kearah Jiro.
"Jiro, ini kesempatanmu!"
Jiro pun langsung sadar akan keadaan itu, dia pun mengangguk dan segera melesat kearah Sarkus. Jiro mudah saja melesat, meskipun ada satu atau dua Kalueng yang ternyata masih ada yang lolos dari jeratan jurus Kaja, namun Jiro juga bisa mengatasinya dan menghantam Kalueng yang masih merintanginya.
Nyatanya, tak semua Kalueng terkena jeratan akar Kaja, banyak yang lolos juga karena jumlahnya ribuan sehingga Kaja tak bisa menjerat mereka semua. Itulah gunanya Bagas diminta untuk melindungi Bagas untuk mencapai penyihir Sarkus.
Bagas pun berada di sebelah Jiro yang melesat, para Kalueng yang mencoba menghadang mereka yang jumlahnya puluhan itu didesak dengan tongkat Bagas, Para Kelueng itu terpelanting kesana-kemari, mereka terus melesat terbang sambil menghantam para Kalueng yang menghadang mereka.
Jiro fokus untuk menyerang secara penuh pada Sarkus dan Bagas melindunginya dari para Kalueng yang hendak menyerang Jiro. Mereka menerjang diantara akar-akar yang juga muncul di sekitar mereka, akar-akar suluran itu ikut membantu mereka dan menyambar para Kelueng, Bagas pun meliuk diantara akar-akar yang menjerat Kalueng dan menghantam Kalueng yang masih beterbangan di sekitar mereka.
"Kuserahkan Bajingan itu padamu Jiro!"
Jiro pun mengangguk. Jiro melesat kembali, Sarkus merasakan kalau pemuda itu semakin dekat dengannya. Jiro terbang kearah Sarkus, mata mereka bertemu, mata Jiro penuh kesumat.
Sarkus menelangkupkan kedua tangannya di tongkatnya menjadi satu, Kalueng yang tersisa segera mengarah padanya dan menghadang Jiro dengan cepat dan melesat. Bagas mengetahui hal itu, itu tugasnya. Dia pun membesarkan ukuran tongkatnya dan menyabetkan tongkatnya dengan cepat, energinya demikian besar sehingga menyapu sekitar puluhan Kalueng itu dan menghantam mereka. Namun untuk itu, Bagas mengeluarkan banyak energinya sehingga cukup menguras energi.
Jiro tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dia semakin dekat dengan Sarkus, mungkin hanya 10 meter lagi. Ada dua Kalueng yang tersisa. Jiro segera melesatkan pukulan airnya dan meliuk menghantam dua Kalueng yang tersisa. Dia berputar diudara dan segera melihat Sarkus, pandangan mereka bertemu. Jiro pun mengayunkan sekali lagi serangan api sekarang bercampir dengan kekuatan besar airnya.
Brusshhh!
Api dan air bergulungan, meskipun apinya lebih kecil namun perpaduan dua elemen itu berputar dan meliuk menciptakan gelombang besar. Sarkus menghadangnya dengan tongkatnya dan terjadinya benturan keras.
Klaanngg!
Sarkus terpental ke belakang dan membentur tebing batu, sedangkan tongkatnya retak dan pecah. Pecahan berlian di tengah tongkat pun mencelat keatas. Jiro pun menangkap berlian kemilau merah itu dengan kekuatan airnya agar tidak jatuh. Gulungan air itu tercipta seperti air dan menjadi alas bagi berlian itu dan mendekatkannya kearah Jiro. Jiro pun memegang berlian merah itu.
Wusshhhhhhhhh!
Apakah semuanya sudah berakhir. Seolah pertempuran menjadi hening dan seolah sepi. Para Pendekar nampak sangat kelelahan dan akhirnya luluh badan mereka, ada yang terduduk dan ada yang langsung memulihkan kekuatannya. Kaja melepaskan energinya, suluran akar-akar yang menjulang ke langit langsung luntur begitu saja seperti debu yang lenyap terkena angin.
Para Kalueng yang dijerat oleh Jiro pun seolah tak lagi memiliki daya, mereka seolah lemas dan tak ada lagi kekuatan yang tersisa.
Kaja kelelahan, Dia pun segera memulihkan dirinya dengan duduk sementara dan menghilangkan dua pedangnya.
Apakah sudah berakhir? Kaja meletakkan kedua tangannya di dadanya dan mencoba memulihkan energi yang cukup banyak terkuras.
Di dekat bukti sana, Jiro dan Bagas turun ke tanah dan menatap Sarkus yang tertunduk dan ada bekas benturan di dinding batu tersebut.
"Apakah sudah berakhir?" Bagas bergumam.
"Aku tidak tahu," Jiro menjawabnya datar sambil menatap Sarkus yang belum bergerak.
Jiro pun melangkah pelan mendekati Sarkus, semua pendekar kini menatap Jiro yang mendekati Sarkus. Ada diantara mereka yang tahu siapa Sarkus, orang yang pandai memanipulasi energi, meskipun dia bukan pesilat hebat namun dia terkenal sebagai pengendali jiwa dan perusak mental. Rumor yang beredar, bahwa dia adalah salah satu anggota dari Black Secret, itupun hanya rumor saja.
"He….he….hee…."
Sosok Sarkus terkekeh, meskipun ada darah yang menetes dari bibirnya. Belum mengangkat kepalanya, namun sekali lagi dia terkekeh.
Jiro segera menghentikan langkah dan langsung mundur dengan cepat, Dia sangat tahu seberbahaya apa si Sarkus yang dia incar selama ini.
"Mundur!" Jiro Berteriak dan melayang mundur dengan hentakannya.
Belum selesai kagetnya para Pendekar, Bukit batu di belakang Sarkus membuka pintu rahasia, celah batu terbuka dan terowongan besar di belakangnya pun terbuka begitu saja seperti gerbang yang selama ini ditutupi dengan pintu batu.
Drrrttttt! Di belakang Sarkus nampak pemandangan yang mengerikan.
Semua mata tak bisa lepas dari pandangannya, soal apa yang dilihat mereka di belakang Sarkus yang masih terkekeh-kekeh.