Kaja membuka matanya perlahan, dedaunan rindang berada diatasnya. Sepertinya Dia tengah berbaring menghadap keatas. Angin semilir dirasakannya, udara sejuk dan kehidupan yang kembali. Kaja meneteskan airmatanya, mengalir melewati pipi hingga mencapai masing-masing telinganya.
Di sampingnya, lelaki tua tengah duduk beralaskan kedua lututnya, jengotnya tergoyang angin sepoi, matanya tertutup keduanya dan ada senyuman yang tersungging di bibirnya.
"Kakek Kamir…"
Kaja bergerak bangkit, Dia menyeka airmatanya. Dia bangun berdiri dan menggerakkan tubuh Kakek Kamir lalu merebahkannya di tanah setelah sebelumnya mengambil sebongkah kayu didekatnya dan diletakkan di bawah kepala Kakek Kamir. Kakek Kamir dibaringkan, Kaja menatap wajah tua yang telah lelah itu.
Sementara di sekitar mereka, pertempuran besar masih berdenting disana-sini, namun Kaja teralihkan untuk mengurusi jasad Kakek Kamir terlebih dahulu sebagai penghormatan terakhirnya.
***