Booommm! Boooommm! Duaarrrr!
Dari ujung selatan rumah makan yang ramai itu, terdengar suara keras, tanda ada sebuah kejadian yang terjadi.
"Ayo Bergerak!" Salah satu pemimpin Aflif yang tengah makan itu bergegas, rekan-rekannya mengangguk dan bergerak menuju arah ledakan suara besar yang mengagetkan itu. Tim Aflif yang lain itu setelah mengurus administrasi juga segera keluar, ada yang naik kendaraan dan ada yang berlari kencang.
Kaja dan Bagas memutuskan bersama dengan Tim Aflif Lentera dan berlari melesat menuju arah suara yang membuat geger tersebut. Arahnya adalah perbukitan yang dikeliling hutan.
"Kami memastikan, ada 33 kelompok Aflif yang mengambil misi penumpasan Kalueng. Ancaman ini bisa dibilang tinggi," Kata Kamir kepada Kaja yang melesat di sampingnya. Bagas di sebelah kiri Kaja mengikutinya juga.
Banyak juga anggota Aflif yang mengambil misi penyelamatan penduduk di beberapa tempat ini, karena beberapa desa dan kota juga merasakan ancaman serangan dari Kalueng tersebut. Misi dari Aflif juga karena mengkonfirmasi orang yang melapor, mereka juga menyetorkan uang kepada Aflif agar masalah yang dilaporkannya cepat selesai. Semuanya tergantung budgetnya dari pelapor, atau bisa juga pelapor tanpa menggunakan uang jika memang ada beberapa Aflif yang tak melihat uang misi, melainkan benar-benar murni menolong orang lain yang membutuhkan.
Mereka semakin bergegas, "Ingalah Kaja, berhati-hatilah." Kakek Karim memberikan baginya semacam testimoni. Kaja mengangguk. Mereka sampai di tempat penuh asap, banyak orang berkumpul dan mereka semua dari Aflif. Asap mulai menipis, lalu ledakan apa itu barusan?
Di tempat lapang di dekat perbukitan, Ledakan itu berada di bukit, Tim Aflif dari berbagai daerah dan semuanya sudah berada di sekitar situ dengan jarak yang berbeda masing-masing semuanya menunggu keadaan selanjutnya.
Asap mulai menipis. Belum sempat mereka semua ingin melihat ada apa dengan ledakan itu, beberapa Kalueng sudah terbang menembus asap tipis, mereka terbang ke udara dari banyak celah diantara asap itu. Jumlahnya sekitar puluhan.
Semua mata melihat mereka, ada yang baru melihat Kalueng dan ada juga yang sudah melihatnya. Mereka semua para Aflif bersiaga diantara timnya masing-masing.
Kieeeekk! Kieeekkk! Kieeekkk!
Suara pekikan makhluk kelelawar besar itu membuat merinding. Mereka terbang menuju para Aflif yang jumlahnya ratusan itu. Pertarungan pun tak terelakkan, para Aflif yakin bisa mengalahkan Kalueng itu karena tingkatan mereka masih sebatas normal seorang di rank perak. Hanya saja, mereka tak punya rasa sakit dan kelelahan, mereka terus menyerang meskipun senjata dan pukulan mengenai mereka.
Bugg! Cring! Booommm! Blaamm!
Kaja dan Aflif Lentera masih agak jauh, mereka melihat pertempuran itu dan melihat situasi lebih jauh. Mereka yakin kalau para Aflif itu bisa mengalahkan beberapa Kalueng itu.
" Kaja," Kakek Kamir kembali memberi pengarahan pada Kaja. Kebanyakan Aflif yang datang dengan jumlah besar ini adalah datang karena bayaran uang. Ada orang yang berani membayar besar agar Tim Aflif datang dan bertarung melawan Kalueng. Selain untuk mengusir Kalueng, sepertinya ada misi terselubung dari orang yang membayar misi tersebut. Begitu penjelasan dari Kamir yang membuat Kaja mendengarkannya seksama.
Menurut pengamatan Kamir, seseorang yang mengundang banyak Aflif pasti punya misi terselubung. Dia ingin melakukan sesuatu tetapi tak memiliki kekuatan yang cukup. Dia menggunakan misi Kalueng untuk membantunya menyelesaikan apa yang dia inginkan.
"Jika tebakanku benar. Maka orang dibalik Kalueng adalah orang itu, dia sangat berbahaya," Kamir menambahkan penjelasannya, Kaja semakin bingung.
"Maksud Kakek, siapa orang itu?"
"Namanya Sarkus, dia terkenal bisa memanipulasi energi, menciptakan makhluk aneh dari jasad seseorang bahkan bisa mengendalikan orang yang mati."
Kaja benar-benar memperhatikan penjelasan Kakek Kamir, dia merasa ada orang dengan kemampuan aneh seperti itu.
Kamir dan Kaja masih berbincang pelan sambil melihat pertarungan sengit para Aflif dan Kalueng, hanya dalam beberapa menit, Kalueng-Kalueng yang berjumlah puluhan itu kalah. Ketika Kalueng mati, mereka seolah tak ada sisa energi, energi mereka menguap begitu saja. Ada beberapa anggota Aflif yang juga terluka, meskipun tidak fatal, namun mereka sedikit kesulitan karena para Kalueng itu seolah tidak memiliki rasa sakit.
"Jika tebakanku benar, bahwa orang dibalik Kalueng adalah Sarkus. Maka, kita semua dalam bahaya besar. Kami menerima misi ini untuk memastikan kebenaran Sarkus ini, jika dia muncul maka petaka besar kembali akan mengancam seluruh benua persilatan," Kaja mendengarkan seksama penjelasan Kakek Kamir, Bagas pun mendengarkannya meskipun dia juga kebingungan.
Sekelompok Aflif mendekati Kaja dan Aflif Lentera.
"Hey, Bukankah kamu manusia Kayu itu, kalau tidak salah, namamu Kaja bukan?" Salah satu anggota dari sekelompok orang itu melihat Kaja.
"Benar saya Kaja, Paman," Kaja mengetahui bahwa mereka adalah tim Aflif yang pernah bertemu dengannya saat Kaja tak sadarkan diri selama 1 tahun di atas pohon. Mereka tim Aflif Rendana yang juga kenalan dari Kakek Kamir.
Kakek Kamir mengerutkan dahinya, "Kalian saling kenal?"
Roki yang merupakan pemimpin Aflif itu menceritakan kisah mereka bertemu dengan Kaja. Mereka sedang berburu Rakuta dan melihat Kaja tertidur dalam rumah kayu di sebuah hutan. Kakek Kamir pun mendengarkan cerita itu dan mengangguk. Mereka pun kembali berganti topik soal Kalueng, Barusan yang muncul itu bisa jadi sudah keluar semua atau belum, itu yang menjadi bahan yang dipikirkan mereka. Jika sudah habis, maka misi mereka semua juga selesai.
Sesama Aflif disana saling berbincang, soal Kalueng itu. Mereka memperhatikan Kalueng yang sudah roboh dan memang tidak memiliki darah, mereka semua seperti makhluk tak berjiwa kecuali adalah energi tipis di dalam tubuh itu yang mengendalikan mereka. Artinya, para Kalueng hanyalah umpan.
Benar saja, beberapa detik kemudian ada getaran di tanah dimana semua orang berpijak. Bergetar dan muncul sosok misterius namun pendek dari sebuah tebing. Pintu batu tiba-tiba terbuka, sosok itu keluar dan berjalan keluar sambil tertawa.
"Haa…Haa… Ha..!" Tawanya keras. Sosok itu semakin jelas ketika dia berjalan melewati bibir gua itu, pendek dan sedikit bungkuk. Kepalaya ditutupi dengan sebuah mahkota kecil dan ditangan kanannya ada tongkat panjang, Satu ujung tongkat menyentuh tanah dan diatasnya ada bulatan yang merupakan cangkang. Dan, di dalam cangkang itu ada berliang berkilau warna merah dan diselubungi dengan kaitan penahan pada sisi-sisi cangkang.
Lelaki pendek dan tua itu melangkah pelan ke depan, dia menatap ratusan orang yang berada di depannya dan seluruh penjuru pandangan wajahnya. Dia tersenyum, banyak sekali orang yang mengunjunginya.
Lelaki bungkuk itu semakin tersenyum dan kini terkekeh. Benar, benar! Batinnya membenarkan, pucuk dicinta ulampun tiba. Benar kata pepatah, tak perlu bersusah payah, para relawan datang begitu saja.
"Haha… Haha…"
Tawanya semakin keras, dan dia pun berteriak, "Keluarlah Anak-anakku semuanya!"
Dan, kejadian beberapa saat setelahnya membuat bulu kuduk siapapun merinding, termasuk semua Tim Aflif dan juga Kaja serta Bagas. Benar saja, Kalueng muncul dari mana saja, dari tanah mereka muncul ke atas, dari pintu-pintu batu, dan ledakan dari bebatuan. Kalueng dalam jumlah tak terperi lagi beterbangan dan memekakkan suara yang mengerikan.
Kieeekk! Kieeekk! Kieekkk!