di masa pandemi ini, Rose tidak diperbolehkan orangtuanya untuk keluar dari rumah walaupun ia beralasan bekerja. Tetap saja mereka melarang dan menyarankannya agar bekerja lewat internet ataupun online, "huh... Kenapa sih aku gak boleh keluar dari rumah sekali saja," keluhnya sepanjang hari tiada henti selama pandemi. Dia hanya bekerja sebagai penulis novel dan gajinya itu sangatlah besar baginya karena saking menariknya cerita darinya.
" Rose, kamu dah makan belum,nak?" tanya ibu setelah membuka pintu kamar Rose. " Tanggung, mah. Ini masih banyak novel yang harus aku selesaikan, sebentar lagi aku akan nyusul buat makan kok." Ibunya hanya bisa menggelengkan kepala merasa kasihan pada anaknya. Semenjak ia menjadi penulis, jarang sekali makan apalagi istirahat.
Selalu saja memikirkan karir hingga tak pernah memikirkan kondisi badannya sendiri, " pak, apa Rose bakal baik-baik saja? ibu takut kalau dia sakit nantinya karena sekarang dia sudah jarang makan," jelas ibunya merasa cemas pada anak tunggalnya itu, namun bapaknya justru senantiasa menenangkan sang istri dan mengatakan bahwa Rose akan selalu baik-baik saja. " Sudahlah, kita doakan saja semoga Allah melancarkan pekerjaannya dan memberikannya kesehatan ya."
" Aduh, gimana ya... " Tak lama kemudian, handphone Rose berdering seperti ada yang menelpon, " assalamu'alaikum, ada apa ya?" tanya Rose pada orang tersebut. " Maaf sudah mengganggu, kami dari pihak penerbit novel anda ingin mewancarai anda besok pada pukul 20.00 apa anda bisa hadir?" Dengan senang hati, ia menerima tawaran itu karena jam segitu keluarganya sudah tidur. " Yes, ini kesempatan buat aku...."