Chereads / INSPIRASI BARUKU BADRIYAH / Chapter 3 - I can't move on

Chapter 3 - I can't move on

" ah, kenapa sih dia Dateng lagi saat aku berusaha move on dari dia? kenapa?" tanya Rose sambil berbicara sendiri depan cermin, Rio tak sengaja mendengar apa yang ia katakan tadi. " Jujur, aku juga gak bisa jauh dari kamu. Telah sekian lama kita pisah, kamu selalu ada di mimpiku, Rose..." Rio mengucapkannya dalam hati dan menangis.

Kemudian, Rose menghapus air matanya dan ingin keluar dari kamar mandi. Tapi, baru saja ia keluar ada Rio di hadapannya, Rose pergi dari cafe itu dan pulang ke rumahnya. " Rose, tunggu dulu...." Akhirnya, Rio dapat menyusulnya dan menarik tangannya ingin menjelaskan padanya dan berharap agar Rose menerima dirinya agar kembali padanya, namun itu semua percuma. " Rose, dengerin aku dulu dan aku bakal jelasin semuanya sekarang ke kamu," ujar Rio, tetap saja Rose tidak mempedulikannya dan berusaha pergi meninggalkannya dan naik ke dalam angkot lalu pergi begitu saja.

" hiks.. Maafin aku ya... aku belum bisa balikan sama kamu. Padahal, walaupun kita dah putus dan aku gak bisa lupain kamu sampai detik ini, Rio," ucap Rose dalam hati sambil menangis dalam angkot. Alhamdulillah, Rose pun sampai ke rumahnya dan segera masuk ke dalam kamar tanpa bicara apapun pada ibunya sekalipun," loh, Rose kenapa ya?? gak biasanya dia kayak gini." Khawatir terjadi sesuatu pada anak tunggalnya itu, ibunya memutuskan untuk menghampiri sang anak dan masuk ke dalam kamarnya.

" Rose, kamu kenapa? kok kayak abis nangis gitu?" tanya ibu Rose padanya, namun ia hanya menjawab," oh, gak kok mah. Cuman abis kena debu di jalan makanya mataku berair kayak gini." Walau begitu, ibu Rose tidak percaya dengan alasan dari anaknya tersebut? karena kebiasaan anaknya itu selalu menyembunyikan sesuatu setiap ada masalah apapun itu. " Nak, ibu minta kamu cerita aja. Emangnya ada yang mengancam kamu? sampai kamu gak pernah cerita sama ibu kalo kamu ada masalah," ucap ibunya sedikit kesal pada anaknya yang tidak pernah mau cerita masalah yang ia hadapi. " Rio..." Hanya dengan satu kata saja, ibunya sudah bisa menebak. " Oh, ibu tau kok. kamu abis ketemu dengan mantan kamu itu kan yang namanya Rio itu, kebetulan ibu juga Deket sama ibunya," jelas sang ibu mengusap punggung Rose hingga tangisannya mereda.

Tiba-tiba saja, Rose izin pada ibunya karena ia ingin pergi ke Mesir sekalian mencari inspirasi baru agar ia dapat menulisnya dalam karya tambahannya itu sehingga banyak yang minat tuk membacanya. " Kalo ibu setuju saja, tapi kita tunggu aja keputusannya dari ayah nanti ya," jelas ibunya. Tak lama setelah itu, ayah Rose pulang usai kerja di kantor, Rose berlari menghampiri sang ayah dan ingin bicara sejenak bersamanya," yaudah kalo ada yang mau kamu bicarakan nanti setelah Maghrib aja ya biar kamu bicara dengan puas," jelas ayah Rose.

Ia sudah tak sabar menunggu adzan Maghrib tiba. Sementara itu, ia memainkan music romantis yang sudah ia download untuk didengarkan sehari-hari. " siapa yang nelpon?? " tanya Rose penasaran karena mendengar suara dering handphone yang ada di dalam tas, Rose pun mencoba tuk buka handphone nya dan ternyata Rio. Walaupun begitu, ia tetap saja mengangkat teleponnya," mau apa lagi kamu? apa masih ada yang kamu omongin ke aku?" tanya Rose dengan nada tinggi padanya. " Aku cuman mohon sama kamu tolong maafin aku dan bakal janji sama kamu gak bakal ngulangin lagi," jelas Rio hingga memohon terus pada Rose agar mau untuk balikan dengannya dan menjalani kehidupan yang baru.

" iya, aku maafin kamu, tapi aku minta agar kamu gak usah telpon aku lagi karena aku juga akan pergi ke Mesir." Kaget bukan main bahkan Rio sekalipun tak percaya dengan ucapan Rose, " gak mungkin... ada urusan apa kamu kesana?" tanya Rio. " ya... aku cuman mau cari suasana baru dan inspirasi yang baru juga biar aku bisa bikin karya tambahan agar banyak yang mau baca hasil karyaku nanti," jelas Rose secara detail sesuai target yang ingin ia capai disana. " cuman itu aja? kamu yakin? apa karena kamu cari pengganti ku juga?" pertanyaan itu membuat Rose menjadi badmood dengan obrolan itu, " sorry, aku belum ada pikiran ke soal itu. Tolong, jangan ganggu aku lagi, okay." Berakhir sudah telponan tersebut dan tidak ingin lagi berhadapan dengan masa lalunya, hanya ingin melihat masa depan yang ia harap berupa masa depan yang amat cerah untuknya.