Dulu sekali, Garra dan Shafa terlihat seperti paketan yang tidak pernah terpisahkan. Garra yang menjaga Shafa dengan baik, begitupun Shafa yang tidak bisa dipisahkan dan terlanjur bergantung kepada Garra. Laki-laki itu nyaris tidak pernah terlihat bersedih, ia selalu menebarkan senyuman manisnya kepada Shafa setiap saat.
Namun tiba-tiba semuanya berubah, Garra dengan seketika tidak pernah lagi tersenyum, laki-laki itu berubah menjadi sosok yang sangat asing di mata Shafa. Garra mengekangnya, menyakiti hati juga perasaan Shafa, dan tidak lagi membiarkan gadis itu bernafas dengan lega setiap harinya.
"Ga', pulang sekolah, aku mau kerja kelompok di rumah Azka. jadi sebentar kamu pulang duluan aja," ucap gadis dengan seragam putih biru tersebut. Dia Shafa.
"Kalau kamu bisa ngerjainnya dengan aku, kamu gak perlu ikut sama mereka!" Bentak Garra tiba-tiba.
Hal itu sontak mengundang perhatian banyak orang di dalam kelas yang sedari tadi tenang. Shafa meringis dalam hati, ia malu.
"Tapi Ga', Bu Mita bila-"
"Kalau aku bilang gak boleh, yah nggak boleh!" Garra kembali menyela ucapan Shafa dengan membentaknya. Sementara Shafa hanya bisa diam, lagi dan lagi, terhitung setahun sejak ia kehilangan Garra-nya yang periang. Yah, Garra yang dulu sudah tidak ada lagi.
"Aku gak suka kalau kamu jadi keras kepala, kamu tau sendirilah aku itu sayang sama kamu," ucap Garra kembali, kali ini dengan mengusap kepala Shafa lembut.
*****
Perubahan Garra yang sangat drastis, berlanjut hingga saat Acara kelulusan Sekolah menengah pertama mereka. Garra sedikit pun tidak pernah membiarkan Shafa bebas dari jangkauan nya, laki-laki itu selalu saja mengekori Shafa kemanapun Gadis itu pergi.
Di usianya yang masih lima belas tahun, Garra sudah terlihat lebih dewasa diantara semua laki-laki yang seumuran dengannya, ia memiliki postur tubuh yang tinggi jangkung sekitar 170 cm. Jadi mudah baginya untuk menyingkirkan, siapapun yang ia rasa mengganggu ketenangannya.
Dukkk
Sebuah garpu tiba-tiba mendarat di pelipis seorang laki-laki. Ia menoleh dan langsung mendapati siapa pelaku yang baru saja melempernya garpu. Saat menyadari siapa pelakunya, laki-laki itu refleks meneguk ludahnya kasar.
"Apa Lo liat-liat?! Mau gue colok itu mata, Lo?!" Ujar Garra bengis. Yah pelaku yang melempari laki-laki tadi adalah Garra, Garra geram saat melihat seorang laki-laki di meja sebelah menatap Shafa terang-terangan.
Laki-laki Yang di bentak tampak gemetar karena takut, Tidak ada yang tidak mengenal Garra di sekolah. Garra laki-laki bermulut pedas yang tidak segan-segan melakukan kekerasan. laki-laki itu juga tidak pandang bulu, baik Laki-laki maupun perempuan jika sudah berani mengusik hidupnya, hidupnya tidak akan pernah tenang.
Laki-laki tadi akhirnya meminta maaf dan berlari meninggalkan tempat itu.
"Kamu jangan galak-galak, Ga'" Shafa yang sedari diam akhirnya angkat bicara. Gadis itu menampilkan raut memohon, namun yang ia dapatkan adalah tatapan tajam dari Garra.
"Ini semua karena kamu! coba aja tadi kamu dengerin aku untuk gak ikut acara alay begini. Liat sekarang, semua laki-laki di sini liatin kamu!!"
Garra paling tidak suka ketika melihat tatapan laki-laki yang sedang menatap Shafa. Rasanya ia ingin membuat buta semua laki-laki itu, tanpa terkecuali. Shafa memang cantik, dan ia benci ketika kecantikan Shafa di lihat banyak orang. Entah kapan rasa itu hadir, yang jelas, Garra tidak pernah bisa membagi Shafa untuk yang lain.
"Ngapain lo semua masih natap Shafa? Beneran pengen gue colok tu mata?!" bentak Garra. ini acara sekolah, tapi ia masih saja berani menantang banyak orang.
Orang-orang tampak diam, Tak sedikit juga yang mencibir mengenai kelakuan Garra, mereka sebenarnya kasian menganai nasib Shafa yang terkekang tapi tidak ada yang bisa menolong. Mereka terlalu takut menghadapi sosok Garra, yang ketika mengamuk bisa menghancurkan seisi sekolah.