"Siapa laki-laki itu?" Suara tak berintonasi itu benar-benar membuat Shafa mati kutu.
Shafa berbalik, dan menemukan Garra dengan wajah datar seperti biasa. Namun Shafa tahu betul jika Garra sedang menahan amarahnya.
"Garra-"
"Aku tanya siapa laki-laki itu" Ujar Garra datar namun terdengar menuntut.
"Dia cuma tetangga aku Ga, dia baru pindah kemarin sore"
"Alasan apapun itu, aku gak suka lihat kamu berinteraksi dengan laki-laki lain, kecuali hanya aku dan keluarga kamu!"
Garra mengangkat sudut bibirnya lalu kembali melanjutkan ucapannya "kamu tau sendiri, aku gak suka berbagi, kalau itu mengenai milik aku"
Shafa terhenyak, tersadarkan kenyataan jika Garra memang tidak bisa merubah sifat posesifnya. Shafa hanya bisa diam membuang pandangannya ke arah lain.
"Aku minta maaf" ucap Shafa pada akhirnya. namun disini ia tidak merasa bersalah sedikitpun. Shafa hanya malas jika harus bertengkar pagi-pagi begini.
"Aku gak mau berantem, ini masih pagi, Ga" Lanjut Shafa.
Garra bergeming, kemudian menarik jemari tangan Shafa, pelan, lalu menuntun gadis itu masuk kedalam mobilnya, sebelum ia ikut menyusul. Selama perjalanan tidak ada yang membuka percakapan, Mereka sama-sama di buat bungkam oleh keadaan.
Tiba di sekolah, suasana sudah kian ramai dan berisik. Mereka berjalan dengan Garra yang merangkul Shafa seperti biasa menuju kelas.
"Jangan dekat-dekat dengan Laki-laki lain, aku selalu pantau kamu!" Ujar Garra saat tiba di kelas.
Tanpa di duga Garra mencium kening Shafa saat hendak duduk di kursinya, lagi. hal itu kembali membuat heboh semua orang yang ada di kelas mereka. Shafa malu, jujur. Hal ini sudah terjadi nyaris setiap hari, namun Shafa masih merasa tidak terima dengan tindakan Garra tersebut.
Garra seolah selalu ingin menunjukkan kepemilikannya terhadap semua orang. Bahwa Shafa hanyalah miliknya. Karena meski diam, laki-laki itu tahu betul jika Shafa diidam-idamkan banyak orang di sekolah. Lagian siapa juga yang mau menolak pesona gadis cantik pendiam dengan segudang prestasi itu.
*****
"Fa, Lo ikut pentas buat isi acara classmeeting nanti kan?" Tanya Sheila, ketua kelas di kelas itu, memastikan Shafa benar-benar ikut untuk meramaikan acara ini.
Shafa mengangguk, sebelum menyadari sesuatu lalu berbalik dan menemukan Garra di bangku paling belakang tengah menatapnya tajam. Buru-buru Shafa kembali menatap Sheila dengan pandangan tak enak.
"Maaf Shel, kayaknya gue harus mikir dulu, besok gue putusin deh..."
Sheila mengangguk mengerti, terlebih saat melihat kode yang di berikan Garra kepada Shafa. Laki-laki itu terlalu misterius dan menyeramkan. Sheila bahkan tidak pernah melihat Garra berinteraksi dengan teman-teman di kelas selain hanya dengan Shafa dan Ali, Teman sebangku Garra.
Sepeninggal Sheila, Garra beranjak dari duduknya menuju bangku Shafa. Bel istirahat baru saja berbunyi lima menit lalu, tetapi suasana di kelas sudah sangat sepi dan tertinggal tiga orang yang memilih membaca buku di pojok kelas.
"Ayo makan" ujar Garra lalu duduk di bangku sebelah Shafa. Shafa hanya mengangguk dan mengeluarkan kotak makanannya.
Kemarin, Garra meminta agar Shafa membawa bekal saja ke sekolah. Selain karena makanannya lebih sehat, Garra juga tidak terlalu suka dengan makanan yang ada di kantin.
Mereka makan dengan tenang dalam satu wadah, dengan Garra yang sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Shafa. Laki-laki itu sesekali tersenyum kecil yang hanya di tanggapi cuek oleh Shafa.
"Masalah classmeeting, kamu boleh ikut" ujar Garra tiba-tiba saat selesai mengunyah makanannya.
Shafa yang mendengar itu sejenak tak percaya, namun ia cukup senang, padahal ia baru berencana ingin membicarakan hal tersebut saat pulang nanti.
"Beneran, Ga?" Tanya Shafa antusias memastikan.
Garra mengangguk lalu melanjutkan ucapannya, "Tapi kamu cukup nonton aja. Kalau untuk ikut tampil, aku gak izinin kamu, aku gak suka kamu dilihat banyak laki-laki lain"
Senyum Shafa Perlahan luntur, namun Kemudian memaksakan senyumnya kembali sembari menggerutu kesal dalam hati.
Dasar Posesif! Manusia batu! Kembarannya Lucifer!