Naya dibawa laki-laki tadi untuk berbelanja apapun yang Naya mau. Naya pun masuk toko-toko brand terkenal dengan harga yang mahal. Bahkan laki-laki lain belum pernah mencukupi kebutuhan Naya sebanyak ini.
"Gimana, Nay kamu seneng?"
"Hm ... dikit," ucap Naya lagi.
"Baru dikit? Yaudah belanja aja lagi sampe kamu seneng dan puas."
"Ini udah banyak."
"Buat keluarga kamu enggak?" tanya Rangga lagi. Naya melihat ke arah Rangga entah kenapa dia jadi merasa aneh. Tapi, dia tidak ambil pusing hal tersebut.
"Aku mau makan dulu deh, Ngga. Laper dari tadi jalan."
"Em okay. Mau makan apa?"
"Pengen makan Pizza aja." Rangga mengangguk dan mengajak Naya untuk ke restaurant pizza sambil menggandeng tangan Naya tapi wanita itu menolaknya. Naya paling tidak suka jika tangannya harus digandeng. Selama ini dia dekat dengan banyak laki-laki yang mengajaknya kencan tidak ada yang akan Naya biarkan memegang tangannya.
***
Setelah mereka selesai makan. Rangga mencoba mengajak Naya untuk berbicara.
"Nay akukan udah enggak muda lagi...."
"Terus?"
"Hubungan kita bisa serius aja?"
"Serius gimana maksudnya?" tanya Naya dengan ketus. Dia meletakkan minumnya di meja dan melihat Rangga dengan tidak suka.
"Ya pacaran dulu gitu kok. Ntar kalau kamu udah ngerasa cocok ya baru kita lanjut." Naya menaikkan bibirnya. Bisa-bisanya laki-laki itu baru kenal langsung meminta serius.
"Kamu sakit ya, Ngga? Kita baru ketemu hari ini. Kamu udah minta pacaran. Aku harus kenal kamu dulu lah." Naya hendak bangkit tapi ditahan oleh Rangga.
"Nay mau ke mana? Aku belum selesai ngomong."
"Kamu bikin bete tahu enggak. Dahlah aku mau pulang."
"Aku anter." Rangga ikut bangkit dari kursinya Naya tetap berjalan lebih dulu. Rangga menuju kasir menyerahkan Lima lembar yang seratusan padahal makanan mereka tidak sampai segitu tapi Rangga tidak peduli. Naya sudah berjalan lebih dulu jadi dia harus mengejarnya.
"Naya tunggu ... Naya aku minta maaf tadi aku cuma bilang doang."
"Inget ya Rangga gue emang matre tapj bukan berarti gw gampang nerima orang buat jadi pasangan gw. Lo kira dengan lo beliin ini semua udah bikin gw seneng dan bakal nerima lo gitu? Enggak ya Rangga." Untung saat ini mereka berada di tempat yang sepi setelah tadi Naya buru-buru.
"Iya maaf, Nay. Yaudah ayo pulang." Rangga pun mengajak Naya untuk pulang ke rumah. Mereka berjalan menuju basement. Rangga berada di depannya. Awalnya Naya tidak terlalu curiga karena rasa kesalnya membuncah sedari tadi jadi dia tidak mengambil pusing. Tapi, lama kelamaan dia baru sadar. Kenapa basmentnya lumayan jauh dari saat mereka datang
"Di mana sih mobilnya. Perasaan tadi enggak jauh-jauh udah capek tahu enggak Dari tadi jalan terus." Naya mendumal kesal di belakang Rangga. Dia sudah lelah membawa belanjaannya.
"Sabar, Nay."
"Udahlah lo aja sono yang ambil mobilnya gue tunggu di sini capek tahu enggak jalan bawa barang gini."
"Ya kan kamu yang minta belanjanya banyak juga." Rangga menoleh ke arah Naya.
"Ya kan lo tadi yang nyuruh gue belanja. Ngapa jadi salahin gue. Kalau enggak ikhlas bilang! Enggak usah ngajak jalan gue. Lagian tanpa lo beliin ini semua juga gue bisa beli ini semua sendiri."
Rangga semakin muak dengan kesombongan Naya. Dia menengok ke kanan kirinya sepertinya tempat ini sudah aman. Tidak akan ada orang yang ke sini. Dia akan membuat perhitungan kepada Naya. Rangga menjatuhkan barang-barang Naya yang dia bawa lantas maju berjalan ke Naya.
"Ngapain itu lo jatuhin barang gue. Itu semua make up di dalemnya tahu enggak! Kalau pada ancur gimana?!" Rangga tersenyum sinis melihat barang belanjaaan yang dia jatuhkan tadi. Dia maju ke depan menghampiri Naya dengan senyum yang membuat Naya jadi takut. Keadaan basment di sini benar-benar sepi.
"Rangga lo mau ngapain. Kalo lo ngapa-ngapain gue bakal teriak!" ucap Naya lantas mundur terus ke belakang.
"Kenapa? Takut. Tadi, berani aja sama gue pas di tempat rame. Kenapa sekarang mundur? Ayo dong ngoceh lagi sama bibir manis kamu itu."
"Rangga gue bener-bener teriak kalau lo macem-macem sama gue." Naya terus mundur ke belakang. Sial, dia mentok tembok sedangkan Rangga sudah berada beberapa langkah di depannya.
"Naya ... Naya ternyata selain lo matre lo beraninya cuma kalau rame ya. Pas sepi gini lo ciut kayak tikus habis kelindes truck terus enggak jadi mati."
"Rangga gue bener-bener bakal teriak kalau lo bener-bener macem-macem sama gue."
"Teriak aja. Gue mau lihat siapa sih yang bakal nolongin lo di basment yang sepi kayak gini," ucap Rangga. Naya melepaskan barang-barang yang ada di genggamannya. Lantas dia berlari menghindari Rangga.
"TOLONG ... TOLONG ... SIAPAPUN TOLONG GUE!!!!"
"TERIAK NAYA TERIAK SEPUAS LO! GUE PENGEN TAHU SIAPA YANG BAKAL NYELAMATIN ELO HAHAHA!!!" Rangga tetap berjalan dengan tenang sedangkan Naya sudah berusaha mencari jalan ke luar. Benar-benar basment ini cukup gelap. Bahkan dia tidak bisa melihat ada tempat untuk dia kabur. Tidak ada satu pun mobil. Pikiran buruk sudah menyerang Naya. Dia tidak mau berakhir naas seperti ini di tangan Rangga! Tidak.
"Rangga apa mau lo!"
"Mau gue? Tentu aja dapetin elo awalnya, Nay. Tapi, setelah gue pikir-pikir dengan ucapan yang lo lontarin ke gue. Gue lebih tertarik buat nyicip bibir pedes lo itu sepedes ngatain gue tadi."
"Rangga lo jangan aneh-aneh ya."
"Hahaha ... salah siapa udah nolak gue ngatain gue juga lagi! Lo pikir lo bisa apa? Oke lo bisa cari duit sendiri tapi sayang lo matre. Bibir lo juga pedes banget sih, Nay. Tadinya gue mau baik-baik loh dapetin lo nya, Nay."
"Rangga gue minta maaf tapi bukan berarti lo bisa seenaknya sama gue ya, Rangga." Naya tidak tahu lagi harus berbuat apa. Keringat sudah mengucur deras. Dirinya benar-benar panik dan bingung harus apa lagi. Jangan sampai hal buruk benar-benar akan terjadi.
"Hahaha ... seorang Naya bisa minta maaf juga toh. Aku kira kamu pemberani seperti mulut kamu yang udah lancang nolak beberapa cowo," ucap Rangga.
"Gais ... keluar...." Rangga memanggil seseorang yang entah siapa Naya tidak tahu. Lalu, munculah beberapa orang yang dipanggilnya.
"Halo Naya...."
"Hai Naya...."
"Naya pasti lo Inget gue kan?" Naya melihat ada Lima laki-laki yang muncul. Naya tentu ingat siapa mereka semua.
Hal yang paling dia tidak sangka adalah munculnya Sherly. Dia lantas berjalan ke Sherly untuk meminta bantuan tapi ternyata....
"Sher ... Sher bantu gue, Sher. Bawa gue pergi dari sini. Cowo yang lo kenalin itu brengsek, Sher. Dan mereka semua kenapa mereka semua ada di sini?" Naya menggoncangkan baju Sherly yang hanya tertawa dengan ketakutan Naya.
"Lo pasti kenal semua cowo yang di sini kan, Nay?" tanya Sherly lagi. Naya hanya diam saja.
"Mereka semua yang lo tolak dan lo caci maki karena enggak sanggup ngikutin gaya hidup lo."
"Sher lo kenapa? Gue bener-bener enggak ngerti sama sikap lo sekarang, Sher." Sherly hanya tertawa.
"Kenapa?"
"Sher cowo yang lo kenalin ini brengsek, Nay. Dan mereka semua kenapa mereka semua ada di sini."
"Kita semua mau bales dendam sama lo Naya," ucap salah satu cowo di sana. Naya ingat semua cowo itu. Tapi, Naya tidak terlalu mengingat nama mereka.
"Maksud kalian apa? Gue salah apa?"
"Masih bisa lo nanya lo salah apa, Naya?" tanya Sherly sinis.
"Sher lo pasti dihasut mereka jadi kayak gini 'kan, Sher. Sher balik jadi Sherly temen gue. Sekarang gue mau pulang ayo anterin gue balik, Sher."
"Balik? Enak banget lo ngomong balik," ucap Sherly lagi. Naya benar-benar tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Mereka sudah mengepung Naya hingga gadis itu tidak bisa berkutik lagi.
"Sherly sebenernya lo kenapa? Gue enggak pernah ada masalah sama lo. Selama ini kita berteman baik kan kenapa lo kayak gini sekarang."
"Hahaha ... berteman baik? Itu menurut lo aja kali, Nay." Naya mengerutkan keningnya sama sekali tidak paham dengan maksud Sherly. Sebenernya ada apa dengan Sherly ini.
***
Tbc ...
Hayooo menurut kalian Sherly kenapa? Padahal mereka berteman baik tapi kenapa tiba-tiba Sherly jebak Naya juga.
Ditunggu vote and commennya ya gais.. nanti aku update cepet kalau ada komen yang menarik