Naya menghembuskan napasnya lega. Di depan sana dia benar-benar melihat seorang laki-laki yang membantunya. Ini pasti bukan mimpi kali ini, Naya menepuk pipinya.
"Aw ... Akhirnya ini bukan mimpi. Syukurlah masih ada yang mau nolongin." Naya mundur dan seketika. Dia berharap laki-laki itu tidak kalah di serbu oleh mereka.
Dari jauh Sherly melihat itu tidak percaya. Bagaimana bisa ada orang lain yang tahu keberadaan mereka. Padahal, tadi sebentar lagi dirinya bisa balas dendam dengan Naya. Sialan! Wanita itu selalu saja mendapat keberuntungannya.
"Sini lo semua kalau berani. Jangan beraninya cuma sama cewe aja. Semakin kalian ngelawan gue semakin waktu kalian buat kabur dikit. Karena gue udah mantau kalian dari jauh dan udah juga lapor polisi jadi mungkin beberapa menit lagi mereka akan datang," ucap laki-laki itu.
Sherly yang mendengar ancaman itu sontak langsung panik. Dia tidak mau berurusan dengan polisi dia harus kabur saja. Dia tidak mau kalau urusannya semakin panjang.
Laki-laki itu pun menghajar mereka satu persatu tapi saat satu persatu dari mereka sudah tidak mampu lagi membalas mereka memilih untuk kabur. Laki-laki itu tersenyum miring.
Setelah mereka semua kabur, dia menghampiri wanita tadi yang hanya diam saja. "Kamu enggak papa?" tanya laki-laki itu.
Naya menggelengkan kepalanya, "Enggak papa. Makasih ya udah mau bantuin. Malau tadi enggak ada Masnya mungkin saya udah abis sama mereka." Naya berusaha untuk tidak lagi berbicara kasar dengan laki-laki. Dia takut kalau ada laki-laki lain yang seperti tadi dan hampir saja membuat dirinya dalam celaka.
"Iya enggak papa. Muka kamu pucet mending kita cari minum dulu buat kamu." Laki-laki itu mengajak Naya untuk mencari minuman karena dia tahu wanita itu wajahnya sudah pucat.
"Em tapi-tapi ... kamu beneran enggak ada maksud apa-apa 'kan?" tanya Naya lagi dengan takut. Naya takut kalau laki-laki ini membantunya dan Malah ada maksud lain. Nanti bukannya Naya terlepas dari kadang buaya malah masuk ke kandang harimau.
Laki-laki itu malah tertawa, "Yakalau kamu enggak mau ya enggak papa. Yaudah saya pamit lain kali jangan suka main-main sama cowo. Cowo itu bahaya." Padahal dia laki-laki tapi dia malah mengatakan seakan dia berbahaya.
"Berarti kamu bahaya juga dong," ucap Naya mengikuti laki-laki yang mulai berjalan meninggalkan Naya. Dari pada Naya harus tetap di sini dan terjadi sesuatu lebih baik Naya segera ikut laki-laki itu. Toh, kelihatannya laki-laki itu baik.
"Kenapa kamu malah ikutin saya? Tadi kamu bilang saya bahaya."
"Enggak. Aku enggak bilang bahaya kamu yang bilang cuma kan aku pertegas kamu gitu enggak?" tanya Naya lagi.
"Ya kayak gitu yang bisa nilai orang lain. Aku ngapain nilai diri aku sendiri. Cukup perilaku aku aja yang harus aku ubah dan orang yang nilai. Kalau ada kritik ya paling buat aku jadi semangat buat berubah." Naya speechless dengan kata-kata laki-laki itu. Baru kali ini dia menemukan laki-laki yang berbicara sangat dewasa.
"Ngapain malah bengong woi...." ucap laki-laki itu menganggetkan Naya.
"Astaga. Bisa enggak sih enggak ngangetin." Naya mengelus dadanya karena laki-laki itu yang tiba-tiba saja teriak di hadapannya.
"Hehe ... maaf yaudah yuk kita ke warung itu aja. Muka kamu masih aja pucet tenang orangnya dah enggak ada kok."
"Masih takut aja mereka makin dendam." Laki-laki itu membawa Naya ke warung kecil pinggir jalan. Naya mengerutkan keningnya.
"Kenapa kita enggak ke Mallnya aja 'kan itu Mallnya juga ada di depan." Naya menunjuk ke arah Mall tadi dia ke sana sebelum kejadian tadi.
"Emang kenapa kalau kita beli di warung ini? Toh, sama aja kok malah lebih murah," ucap laki-laki itu mengambil satu air putih dan satu minuman kaleng untuk dirinya.
"Emm emang ini ... emm...." Naya mau bicara tapi kayaknya tidak jadi karena ada pemilik warungnya di sana. Dari pada nanti dirinya kena semprot malah.
Setelah laki-laki itu membayar laki-laki itu mengajak Naya untuk duduk di bangku yang ada di jalan tersebut. Di pinggir jalan tepatnya.
"Nih, minum dulu muka kamu dari tadi pucet."
"Emm...." Naya masih ragu ingin mengambil minuman itu dari laki-laki tersebut karena minuman bukan dari supermarket atau mall melainkan dari warung dipinggir jalan.
"Kenapa? Takut jajan di pinggir jalan. Lagian apa bedanya kalau lo beli di mall sama dipinggir jalan. Toh, malah murahan di pinggir jalan juga 'kan?"
"Iya tapi tadi lihat dia jualan dipinggir jalan terus tempatnya enggak bersih kan bisa aja airnya dia isi ulang pake air yang bukan asli. Aku enggak pernah mau beli dipinggir jalan. Mending mahal tapi terjamin dari pada murah tapi belum tentu dari mana."
"Ya emang kalau mahal udah pasti enggak dioplos?" tanya laki-laki itu lagi.
"Ya mana mungkin kan dia udah mahal pasti terjamin dan memberikan yang terbaik lah. Kalau murah coba?" Laki-laki itu menggelengkan kepalanya.
"Kamu tu harus mengubah mindset kamu. Jangan kayak gitu. Coba kalau semua orang pemikirannya kayak kamu. Terus orang-orang yang enggak bisa jualan di mall atau tempat mewah dengan harga sewa tempat yang mahal dan mereka cuma bisa sewa ditempat-tempat kayak gitu gimana? Kamu enggak tahu juga kan kalau mereka butuh untuk menghidupi keluarganya. Lagian ya, kehidupan itu enggak selalu di atas kalau apesnya kamu di bawah terus kamu enggak mampu beli Fi tempat yang mahal juga gimana?" Naya terdiam mendengar penjelasan panjang lebar dari sang laki-laki.
"Kenapa cuma diem. Dah nih minum dulu. Aku jadi aus ngomong banyak-banyak." Laki-laki itu tetap memberikan minum tersebut ke Naya. Kemudian, laki-laki itu membuka minumnya dan meminumnya. Naya sebenernya masih ragu. Tapi, melihat laki-laki itu minum dengan segar Naya pun mau tidak mau ikut juga meminunnya. Apalagi dari tadi dia juga Haus dan syok juga karena dirinya hampir saja mungkin diperkosa oleh mereka.
Dan kedatangan laki-laki ini membuat Naya bersyukur dia masih selamat. Naya pun mulai meminum minuman tersebut. Laki-laki itu yang sudah selesai menengok ke arah Naya dan terseyum melihat Naya meminumnya.
Entah kenapa melihat perempuan itu hatinya terasa berbeda. Apakah benar definisi love at the first sight itu benar adanya. Tapi, mana mungkin dia baru bertemu sekali dengan wanita ini.
"Sama aja 'kan rasanya kalau kamu beli di mall atau supermarket?" tanya laki-laki itu saat wanita tersebut sudah meminumnya.
"Emm ... iyasih. Tapi, emang bener ini gapapa, enggak ada campuran bahan-bahan kimia gitu biar rasanya sama?"
Laki-laki itu tertawa, "Mindset kamu kayak gitu Dari mana sih. Padahal, sema aja." Laki-laki itu menggelengkan kepalanya. Sedangkan Naya hanya cemberut mendengar ejekan laki-laki tersebut.
***
Tbc ... maafkan baru update soalnya lagi banyak kesibukan semoga kalian masih stay cerita. Vote banyak bakal update besok.