"Awas hati-hati! Taruh lalu tata dengan rapi. Jangan sampai ada peti yang tidak terangkut!" teriak seorang lelaki bersuara bariton dengan lantang. Lelaki berbadan binaragawan dengan kulit cenderung hitam dan bertampang sangar itu, tengah berdiri pada tepi dermaga kayu sederhana di pesisir pantai .
Sepuluh orang lelaki yang hampir semuanya berbadan tinggi besar, tampak hilir mudik di sepanjang dermaga. Masing-masing tengah menggenggam senjata api laras panjang.
Mereka terlihat mengawasi beberapa orang lelaki bertubuh gempal yang sedang memindahkan peti kayu berbentuk persegi panjang, dari sebuah truk yang ada di tepi pantai, ke dalam kapal kayu yang masih tertambat di ujung dermaga.
Kapal ini berjenis Submarine yang didesain unik. Menggunakan bahan dasar kayu dengan diberi lapisan cat khusus berwarna hijau secara keseluruhan. Warna yang bisa memgelabui pandamgan mata setiap orang yang melihatnya. Bisa dipastikan bila sang pembuat kapal memiliki keahlian tingkat tinggi karena mampu membuat kapal yang sangat efektif hanya dengan menggunakan material biasa.
"Gue harap transaksi nanti berjalan lancar, sesuai rencana. Gue dengar klien Bos kali ini sekelas Paus Biru!" ucap salah seorang lelaki bersenjata yang memiliki banyak tindik di kedua daun telinganya. Mata tajamnya terus mengawasi orang-orang yang sibuk mengangkut ratusan peti kayu ke dalam dua buah kapal berjenis sama.
"Gue dengar dari Tono sih begitu. Siapapun pembelinya, gue nggak peduli, selama mereka setuju dengan harga yang bos tawarkan dan kita dibayar dengan harga tinggi." balas lelaki botak yang berdiri tepat di sampingnya dengan wajah dingin tanpa ekspresi.
"Asal jangan polisi aja! Gue denger lelaki yang dulu sering nemenin bos kedua, ternyata seorang agen," bisik si pemilik tindik. Raut tidak suka terlihat jelas pada wajahnya yang kasar dan bopeng.
"Tidak ada ampun buat seorang penyusup. Gue sendiri yang ngelubangi batok kepala bodohnya itu pakai ini," balas si botak dengan geram. Rahangnya mengetat sembari mengangkat AK-47 setinggi dada. Kawannya yang bertindik membalasnya dengan kekehan bernada puas.
"Semua sudah masuk, Bos," suara interupsi tiba-tiba terdengar lantang dari salah satu pengangkut peti.
lelaki berbadan binaragawan yang berdiri dekat truk yang ada di tepi dermaga, segera bergerak menuju ke kapal. Langkahnya berhenti di depan salah seorang lelaki bersenjata lainnya sambil berkata, "Udah lo cek ulang?"
"Sudah!"
"Bagus. Siapkan untuk pengiriman. Barang harus sampai di tangan mereka sebelum pukul dua pagi. Lo bawa dua orang , ikut kapal ini. Gue dan dua orang lainnya ada di kapal yang satu. Sisanya bakal ngawal dari belakang dan dari samping."
Suara dari earphone yang terpasang di telinganya terdengar, membuat lelaki botak itu berhenti berucap. "Bos Satu, on the way. Kita tunggu lalu berangkat!" ucapnya kemudian, lalu berbalik dan berjalan kembali ke tempatnya semula.
Sebuah pohon kelapa yang tinggi menjulang dan berdiri kokoh diantara beberapa pohon berjenis sama yang tumbuh di sekitar pantai, terdapat sesosok manusia tengah bersembunyi di balik rimbunnya daun kelapa. Dia berdiri di atas puncak pohon. Mata hitamnya tampak mengawasi semua aktivitas di bawah. Kakinya yang panjang berpijak pada salah satu dahan pohon dengan santai tanpa takut terjatuh. Tubuh yang terbungkus pakaian serba hitam, membuat pemgintaiannya tidak terlihat.
"Sepuluh, delapan, dua. Dua puluh!" gumamnya tanpa melepaskan pandangan. Dia menghitung banyaknya orang berdasarkan kelompok dan aktivitas yang sedang dijalani.
"lima menit lagi," ucapnya kemudian. Matanya menatap smart watch yang melingkari pergelangan tangan.
Tubuh lelaki bertubuh kekar itu terbungkus sweater hoodie warna hitam, dengan sehelai rompi anti peluru melekat di dalamnya. Masker berwarna senada juga menutupi sebagian wajah, membuat kesan misterius melekat pada dirinya.
Sesuai dugaan sang lelaki misterius, kegiatan bongkar muat itupun selesai dalam waktu lima menit. Orang-orang yang sedari tadi hilir mudik membawa peti kayu, sudah tidak terlihat lagi, menyisakan sepuluh lelaki bersenjata yang berdiri berpencar di sekitar dermaga dan juga diatas kedua kapal tersebut.
Kapal kayu itu berbentuk seperti kapal selam, dengan badan kapal yang sedikit saja menyembul di permukaan air. Kapal yang terbuat dari kayu tersebut bertujuan agar terhindar dari tangkapan radar petugas kepolisian air.
Kapal berdesain unik dengan kokpit kecil berada diujung belakang.
"Saatnya bekerja,"ucap lelaki berhoodie, berbarengan dengan menghilangnya dia dari atas pohon kelapa.
"Huft … banyak banget petinya." gelengnya sambil menatap tumpukan peti kayu tepat dihadapan. Dia tengah berada di lambung kapal yang sedari tadi diamati.
Dia meletakkan kedua tangan pada tumpukan peti kayu. Matanya menyorot tajam, dahinya berkerut, sembari memusatkan pikiran pada tumpukan peti tersebut dan kemustahilan pun terjadi!
Tubuh si lelaki beserta seluruh peti kayu yang memenuhi lambung kapal, seketika menghilang! Tak ada satu peti pun yang terlihat memenuhi isi kapal. Ruangan yang mengerucut pada bagian ujung itu terlihat Kosong melompong seperti belum pernah terisi.
Satu setengah menit kemudian, lelaki itu kembali muncul bersama dengan banyak peti kayu yang tiba-tiba memenuhi lagi seluruh isi kapal selam. Peti yang memiliki bentuk dan ukuran yang sama seperti dengan peti yang menghilang.
Lelaki berpakaian serba hitam itu mengedarkan pandangannya sembari tersenyum lebar. Puas dengan apa yang dilihat, hasil kerjanya.
"Aku akan selalu menjadi penghancur bagi siapapun penyebab kehancuran dan kalian semua menjadi yang pertama merasakannya!"
Sedetik kemudian tubuhnya kembali menghilang dari tempat tersebut.
Dua buah mobil SUV berjalan mendekati dermaga. Beberapa orang tampak berbicara tepat di ujung jalan penghubung menuju ke kapal khusus tersebut.
Dari atas pohon kelapa, Lelaki misterius itu terus mengamati. Sebuah kacamata kini tersemat di pangkal hidungnya yang mancung.
"Darto dan Badai," gumamnya dengan sinis, sembari mencopot kembali kacamata untuk disimpan di saku hoodienya.
Kacamata itu bukanlah kacamata seperti pada umumnya. Benda tersebut dilengkapi dengan infra merah sehingga mampu melihat dalam kegelapan, serta terpasang kamera canggih beresolusi tinggi berbentuk mini yang mampu menangkap obyek dari jarak jauh, sekaligus mengabadikannya dengan gambar yang tajam.
Lima menit berlalu dan waktu pun mendekati pukul satu dini hari. Orang-orang yang ada di seputar dermaga mulai berpencar dan masuk ke dalam dua kapal selam yang mampu berkamuflase.
Perlahan dua kapal dan dua speed boat yang bertugas untuk mengawal mulai bergerak meninggalkan dermaga menuju lepas pantai.
Lelaki misterius itu masih betah berdiri diatas pohon sambil mengawasi pergerakan di bawahnya, termasuk dua mobil SUV beserta orang-orang didalamnya. Mereka terlihat mulai bergerak meninggalkan tepi pantai.
'Paket dalam perjalanan. Bersiap untuk pertukaran!"
Lelaki berpakaian serba hitam tampak membaca kembali ketikannya sebelum mengirimkan pesan tersebut.
Semenit kemudian balasan pun sudah diterima. Dengan tenang dia membukanya.
"Pastikan barang sesuai dengan pesanan sebelum pengiriman. Kamu dalam perlindungan, beri kode bila terdesak! Jaga dirimu, Brother!"