KOMPOL Renata menatap pria di hadapannya. Pria ini begitu tampan dan terlihat mapan di usia nya yang baru 35 tahun. Beberapa saat yang lalu pria ini tidak sengaja menabraknya sehingga minuman di tangannya tumpah dan membasahi bajunya.
"Maafkan saya, eoni eh, maksud saya mbak,saya terburu- buru jadi saya tidak memperhatikan jalan,"kata pria itu terbata- bata. Renata menghela napas,sepertinya pria di hadapannya ini benar-benar menyesal.
"Tidak masalah,anda bukan orang Indonesia? Wajah anda, mengingatkan saya dengan pemain drama Korea," ujar Renata sambil tersenyum ramah.
"Saya orang Indonesia, tapi memang lama tinggal di Korea. Ayah saya orang Korea. Ah, perkenalkan nama saya Lee Lim," kata pria itu sambil mengulurkan tangannya. Renata tersenyum dan menyambut uluran tangannya.
"Renata Ristandi, anda boleh memanggil saya Renata."
"Panggil saya Lim. Bagaimana kalau saya mengganti kerugian anda? Saya boleh mengajak anda makan siang lain hari, sebagai permintaan maaf? Ah, ya ini kartu nama saya. Boleh saya minta kartu nama anda?"
Renata meraih kartu nama yang di ulurkan oleh Lim. Lalu ia mengeluarkan dompetnya lalu menyerahkan kartu namanya. Lim mengamati kartu nama di tangannya, ia menatap Renata seolah tidak percaya.
"Anda seolah Komisaris Polisi. Waah, luar biasa sekali. Saya sama sekali tidak menyangka. Anda lebih pantas menjadi seorang fotomodel. Anda cantik sekali." Renata tersipu malu. Semburat merah mulai tampak di kedua pipinya yang putih.
"Ah, anda terlalu memuji, terimakasih ya."
Lim tersenyum, "Baiklah, saya harus menemui rekan bisnis saya, nanti saya akan menelepon anda."
"Baiklah, sampai jumpa lagi."
Renata pun meneruskan langkahnya untuk berbelanja. Sekali ia berbalik untuk menatap punggung Lim. Entah mengapa ia merasa jantungnya sedikit berdebar. Usia Renata sudah hampir 36 tahun. Selama ini, ia tidak pernah membina hubungan serius dengan pria manapun. Kebanyakan pria akan mundur teratur saat tau pangkatnya di kepolisian.
Renata lahir dari sebuah keluarga kecil yang sederhana. Ayah Renata seorang TNI. Ah tidak, bukan hanya ayahnya saja, keluarga besar Renata adalah keluarga Militer. Kakek Renata pensiun dengan pangkat terakhir Kolonel. Sementara ayahnya pensiun saat menjabat sebagai Letnan Kolonel. Kedua kakak Renata memilih karir di bidang yang lain. Kakak pertama Renata seorang Jaksa dan kakak kedua Renata seorang pengacara.
Sejak kecil, Renata sangat menyukai jika ayahnya memakai seragam. Namun, Renata tidak memilih untuk menjadi seorang TNI.
"Aku mau jadi polisi aja. Polisi bisa tangkap penjahat kaya di film-film. Aku mau jadi polisi yang hebat." Itulah yang selalu di katakan Renata sejak kecil. Keluarga Renata tentu saja mendukung penuh keinginan Renata. Renata sangat pintar, sejak kecil ia selalu menduduki peringkat pertama di kelasnya. Bukan hanya dalam pelajaran. Renata cepat tangkap dalam hal yang lain. Ia juga menguasai ilmu beladiri. Sabuk hitam pencak silat.
Renata menyukai pencak silat. Dengan alasan, itu adalah ilmu beladiri warisan leluhur Indonesia. Sejak SMU tidak ada yang berani macam-macam dengan Renata. Sejak SMP ia sudah aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Ia mengikuti ekstra kurikuler PKS atau Patroli Keamanan Sekolah di SMP. Renata bersekolah di SLTP Negeri 27 di kota Bandung. Sekolah itu berada di kompleks TNI. Waktu itu ayah Renata bertugas di kota Bandung. Renata senang sekali saat mengetahui ada ekstra kurikuler PKS.
Apalagi pembinanya langsung dari kepolisian. Cocok sekali dengan cita- cita Renata, bukan? Ekstra kurikuler PKS ini mengajarkan latihan baris berbaris, bahkan seragamnya pun seperti seragam Polisi. Ada manset, tanda pangkat, topi seperti polisi lalu lintas. Renata sangat menyukainya. Dia di ajarkan juga bagaimana struktur organisasi di ekstra kurikuler ini. Bahkan Renata terpilih menjadi Komandan Regu.
Masa SMA Renata habiskan di SMA 14 Bandung yang lokasinya dekat dengan SMP nya. Rata- rata anak- anak lulusan SMP 27 memang melanjutkan ke SMA negeri 14. Lagipula Renata cukup berjalan kaki saja. Karena rumahnya tidak jauh dari sekolah. Lulus SMA Renata langsung melanjutkan ke Akademi Kepolisian di Semarang. Dan, setelah itu mulai lah karirnya sebagai anggota kepolisian.
Renata terkenal sangat tegas,cekatan dan cerdas. Karena kepintarannya Renata masuk dalam jajaran Reserse Kriminal. Tidak ada kata takut dalam kamus besar Renata. Semua nya begitu sempurna. Renata juga memiliki wajah yang sangat cantik. Dengan tinggi 175cm dan berat badan 60 kg membuat Renata lebih terlihat seperti seorang fotomodel dibandingkan seorang aparat kepolisian.
Hanya satu kekurangan Renata, yaitu jodoh. Entah sudah berapa kali kedua orang tua dan kakalnya memperkenalkan nya pada seorang pria. Tapi, semua tidak ada yang sampai menuju ke pelaminan. Rata- rata mundur karena minder. Dan, akhirnya Renata pasrah saja pada nasib.
"Kalau sudah jodoh ya nggak akan kemana-mana, bu," kalimat itu yang selalu menjadi andalan Renata.
Renata anak perempuan satu- satunya di keluarga Bambang Prayitno. Jadi, sangat wajar jika kedua orang tua Renata khawatir dengan nasib percintaan dan jodoh sang putri.
Renata sendiri belum pernah merasakan jatuh cinta. Ia cukup menikmati dunianya. Dia seringkali meledek IPTU Leo karena nasibnya yang hampir sama, yaitu jomlo akut. Tapi, siapa sangka Leo menemukan jodohnya saat menangani kasus Oscar Ramon 2 tahun yang lalu. Leo jatuh cinta kepada Tika, psikiater yang menangani Oscar. Bahkan mereka baru saja melangsungkan pernikahan.
Renata terkadang merasa sedih dan miris dengan nasib percintaan nya. Tapi, ya sudahlah apa mau dikata. Toh, menjadi seorang polisi sudah menjadi cita-cita nya sejak kecil. Dia tidak pernah menyesali semua itu. Ia yakin, suatu hari nanti ia akan menemukan seorang lelaki yang akan mendampingi nya dan mencintainya sepenuh hati.
Dan, entah mengapa saat bertemu Lee Lim tadi, ia merasakan ada sesuatu yang berbeda. Ia merasakan debaran- debaran yang aneh di jantungnya. Dan ia merasakan pipinya memanas saat Lim memujinya tadi. "Ah, ada apa denganmu Renata. Dia hanya merasa menyesal karena menumpahkan minuman. Bukan karena hal yang lainnya," gumam Renata lirih. "Tapi, semoga saja dia kembali meneleponku. Aku tidak akan menolak jika dia mengajak makan malam romantis," Renata kembali bermonolog. Dia betul-betul merasa kasmaran saat ini.
Bersambung