Chereads / SECRET AND LOVE / Chapter 21 - GOODBYE RENATA

Chapter 21 - GOODBYE RENATA

Sudah seminggu KOMPOL Renata menghilang. Dan, tiba- tiba hari ini Leo di kejutkan dengan adanya laporan penemuan mayat wanita. Tubuh wanita itu terpotong menjadi 6 bagian. Mayat wanita itu di masukkan ke dalam sebuah koper, dan diletakkan begitu saja di stasiun Manggarai. Beberapa petugas melapor bahwa koper itu sudah berada di stasiun sejak beberapa hari. Cctv telah di periksa. Tapi, koper itu terletak di tempat yang tidak terjangkau sama sekali oleh CCTV dan, juga tanpa sidik jari sedikitpun. Dan, saat koper itu di buka oleh tim forensik, semua anggota Forensik pun kaget bukan kepalang. Mayat itu adalah KOMPOL Renata.

Leo tentu syok luar biasa. Bagaimana tidak, KOMPOL Renata bagi Leo adalah sosok yang begitu mengagumkan.

"Beliau itu sabuk hitam taekwondo. Mustahil bisa di kalahkan begitu saja. Pelakunya pasti seseorang yang sangat ia kenal sebelumnya. Sehingga beliau lengah dan...aaaaah bangshat!!"maki Leo emosi. Rachel yang sedari tadi bersama Leo dan Rendy tidak kuat menahan isak tangisnya.

"Bu Renata itu sangat baik, siapa yang tega membunuhnya dengan cara sesadis ini,"ujar Rachel.

"Kita harus ungkap kasus ini, Leo," kata Rendy.

Leo memukul mejanya sekuat tenaga. Ia merasa begitu sedih sekaligus marah.

"Kita mulai penyelidikan dari rumah bu Renata." Kata Leo.

"Apakah handphone bu Renata di temukan di sekitar tempat kejadian?"tanya Rendy. Rachel menggelengkan kepalanya. "Aku sudah mengecek. Ponselnya mati sejak beliau menghilang."

"Lacak percakapan terakhir beliau, bisa?"

"Siap 86, laksanakan komanda," kata Rachel.

Leo mengangguk. "Kapan hasil autopsi keluar?" tanya Leo.

"Saat ini jenazah bu Renata sedang di autopsi. Hasil autopsi nya sekitar 5 hari baru keluar."

"Ada saksi di tempat kejadian yang melihat siapa yang menaruh koper itu?"

Rendy menggeleng, "Pembunuh itu cukup pintar, dia benar-benar tidak meninggalkan jejak. Bahkan dia tau, dimana saja tempat yang terlihat CCTV dan tidak. Dia bukan orang sembarangan, dia pintar. Dan pasti dia sudah memperhitungkan semuanya dengan baik."

"Periksa siapa saja napi yang baru di bebaskan. Napi yang kasusnya di tangani oleh bu Renata. Lalu, selidiki satu persatu," kata Leo lagi.

"Aku akan memeriksanya." Kata Rendy.

*

*

*

Leo mengempaskan tubuhnya di atas sofa dengan kesal. Pikirannya saat ini begitu sedih dan kalut. Kepergian Renata merupakan pukulan yang sangat telak. Tika yang melihat suaminya pulang dengan wajah kusut tentu saja langsung menghampiri sang suami.

"Kamu kenapa sayang?" tanya Tika hati- hati.

Diluar dugaan Leo langsung memeluk Tika dengan erat. Dan,untuk pertama kalinya Tika melihat suaminya menangis.

"Heii, ada apa denganmu? Menangis? Ada apa ini sebenarnya? Tolong jangan buat aku bingung," ujar Tika. Namun, ia membiarkan suaminya meluapkan seluruh emosinya. Selama beberapa saat Leo hanya menangis dalam pelukan Tika persis seperti anak kecil.

Setelah ia merasa puas, Leo menarik tubuhnya. Ia menghela napas perlahan, lalu mengembuskannya perlahan.

"Bu Renata menghilang, sudah seminggu. Beliau tidak dapat dihubungi sama sekali. Dan, tadi pagi ditemukan sebuah koper di stasiun Manggarai. Setelah dibuka, isinya adalah Renata." Tika menutup mulutnya seketika.

"Maksudnya...? Bu Renata di temukan dalam kondisi tidak bernyawa lagi?" tanya Tika memastikan.

"Bukan hanya itu. Tapi, tubuh beliau terpotong menjadi 6 bagian."

"Ya Tuhan, siapa orang yang sudah begitu tega untuk melakukan hal sesadis itu?"

"Kami sedang menyelidikinya."

Tika menghela napas panjang. Ia lalu membimbing suaminya untuk masuk ke kamar mereka. Tika mengisi bathtub dengan air hangat, dan menyalakan lilin aroma terapi.

"Mandilah dulu, supaya perasaanmu membaik. Aku akan menyiapkan makan malam ya. Lucia sebentar lagi pulang." Kata Tika. Leo hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah Leo masuk ke kamar mandi, Tika pun langsung keluar dan menyiapkan makan malam.

Saat Tika keluar Lucia baru saja pulang.

"Hai, kak. Bang Leo sudah pulang?"sapa Lucia dengan ceria.

"Bagaimana kuliahmu hari ini? Hmm, jangan ganggu abangmu dulu ya. Perasaan dan emosinya sedang tidak stabil. Ia baru saja mendapat masalah."

Lucia mengerutkan dahinya. "Bukannya setiap hari dia selalu bergelut dengan masalah kak?"

"Kali ini berbeda, atasannya baru saja meninggal dengan cara yang tidak wajar."

"Maksud kakak, mbak Renata?"

Lucia memang memanggil Renata dengan panggilan mbak. Renata memang memiliki hubungan yang cukup dekat dengan Lucia. Karena Renata anak bungsu dan tidak memiliki adik perempuan, sehingga saat pertama kali Renata bertemu dengan Lucia dia langsung menyuruh Lucia untuk memanggilnya mbak.

"Ya,bu Renata di temukan meninggal dunia."

Lucia langsung terduduk lemas. Ia merasa tak percaya. Tika menghela napas dan langsung mengambilkan air minum untuk Lucia.

"Minumlah dulu, supaya kau bisa sedikit tenang,aku akan menyiapkan makan malam,"kata Tika.

Lucia hanya diam dan meminum air perlahan-lahan. Ia betul-betul merasa kaget.

*

*

*

Setelah proses autopsi selesai, jenazah Renata langsung di bawa oleh keluarganya. Dan, siang ini Renata akan di makamkan. Prosesi pemakaman berjalan dengan cukup khidmat. Semua yang hadir betul- betul merasa terpukul. Terlebih ibunda Renata yang berkali- kali pingsan.

Prosesi pemakaman di lakukan secara Katholik, karena Renata menganut agama Katholik. Upacara di pimpin oleh Romo Ignatius.

Setelah ibadat dibuka dengan tanda salib, proses pemakaman umat katholik pun dilanjutkan dengan pemasukkan peti jenazah ke dalam liang lahat. Proses pemasukkan peti jenazah ke dalam liang lahat pun diiringi dengan perkataan dari Romo

"Allah yang mahakuasa sudah berkenan memanggil saudari kita ini ke pangkuan-Nya. Jenazahnya akan kita serahkan kembali kepada tanah. Akan tetapi kita percaya bahwa Kristus akan mengubah tubuh saudari yang fana ini menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang sangat mulia. Semoga Tuhan menerimanya dalam damai serta membangkitkannya untuk kehidupan yang kekal."

"Amiin...."

Leo berdiri tegak di depan pusara Renata. Beberapa pelayat sudah pulang. Hanya tinggal Romo dan keluarga besar Renata. Leo,Tika dan Lucia pun masih berdiri disana. Mereka seolah bermimpi menghadiri pemakaman Renata siang ini.

"Seminggu yang lalu, dia masih bercanda bersama kami dan membahas beberapa kasus yang terjadi. Aku masih tidak percaya saat ini kita berada di upacara pemakamannya," ujar Leo lirih sambil menahan sesak di dadanya.

Perlahan ia menghampiri keluarga Renata dan menyalami ayah Renata dan kakak- kakak Renata.

"Saya turut berduka cita pak," ujar Leo kepada Bambang.

"Terimakasih, nak Leo." Kata Bambang lirih. Ia keliatan berusaha tegar, meski Leo tau bagaimana perasaannya saat ini.

"Saya sendiri yang akan menangani kasus bu Renata, pak. Saya berjanji akan menyeret pelakunya ke dalam jeruji besi." Kata Leo. Bambang menepuk pundak Leo, "Renata pernah bercerita bahwa dia memiliki seorang anak buah yang begitu cerdas dan pintar. Pasti yang di maksud adalah nak Leo. Saya percayakan kasus ini di tangan nak Leo. Berhati-hatilah nak, saya merasa dia bukan orang sembarangan."

"Siap laksanakan."

Bersambung