Chereads / Ikatan Berdarah / Chapter 23 - Koibito

Chapter 23 - Koibito

Tokyo, Jepang.

Takeru memasuki ruang ayahnya. Ia melihat ayahnya sedang membersihkan samurai.

"Ayah mencarimu kemarin di apartemenmu tapi kau tak ada," ucap Tuan Watanabe Taiga.

"Aku sedang keluar kota selama beberapa hari, ayah," ucap Takeru.

"Tadi pagi-pagi buta Zan Da juga mencarimu ke sini. Dia ingin menemuimu juga tapi kau seolah tak ada di seluruh Jepang katanya."

"Aku sudah memperingatkan wanita itu untuk menjaga batasannya," ucap Takeru geram.

Tuan Taiga hanya menanggapi dengan senyuman.

***

Incheon, Korea Selatan.

Moo Tae-gu menarik Kang Rae-ah secara kasar.

"Lepaskan aku, Oppa! Jangan sampai Tae-gyeon mengira yang enggak-enggak tentang kita!" ketus Rae-ah sambil memghempaskan genggaman tangan Tae-gu.

*Oppa = kakak laki-laki (dipanggil oleh perempuan)

*Hyeong = kakak laki-laki (dipanggil oleh laki-laki)

"Aku hanya ingin melindungimu, Rae-ah!"

"Tapi jangan terlalu mencolok, Oppa! Aku tak ingin semua curiga tentang hubungan kita. Aku tak ingin appa tahu. Itu akan membahayakan nyawamu," ucap Rae-ah sedikit terisak.

*Appa/Abeoji/Abeonim = ayah

"Tak perduli apa yang akan terjadi padaku, aku akan selalu melindungimu, Rae-ah."

***

"Ini adalah akibat dari kelakuanmu yang banyak tingkah itu, Murasaki-san." Takeru mengetuk-ngetukkan pena kesayangannya di atas meja sembari duduk di kursi kebanggaannya.

Matanya menerawang jauh. Di raihnya ponsel yang tergeletak manis di meja kerjanya.

"Moshi moshi. Hm. aku akan ke Busan. Baik. Hm."

Tit!

Ponsel mati. Lebih tepatnya Takeru memutuskan sambungan teleponnya.

"Mendokusaina .... (Malasnya...)" keluh Takeru sambil meletakkan kepalanya di atas kedua tangannya yang berada di atas meja.

"Jiji (orang tua/kata kasar untuk menyebut Ayah) itu memang menyebalkan. Huh! Mendokusai! (Merepotkan!)," gerutunya lagi.

Dalam gerutuannya yang berkepanjangan, berdering lah lagi ponsel layar datarnya.

"Moshi moshi," sapanya mengatakan 'halo' pada orang di seberang telepon.

"Maa ne. (Yaa begitulah)" katanya menjawab si penelepon yang entah apa katanya.

"Majide? (sumpah kau?)" Raut wajah Takeru menjadi pucat.

Ia memijit pelipisnya karena pusing dengan masalah pelik yang tengah di hadapinya.

***

Tujuan utama Takeru saat ini adalah kantor cabang milik Akiyama Kenichi yang berada di Busan.

Ayahnya lah bertanggung jawab atas keberadaan Takeru di Busan saat ini.

Takeru datang bersama asisten ayahnya yang bernama Kamaki dan Sasaki dari klan Outsuki.

"Akiyama-sama, gomenasai! Kami terlambat," ucap Kamaki berojigi pada Kenichi.

"Tidak apa Outsuki-san." Kenichi memaklumi.

"Hajimemashite. Watashi wa Watanabe Takeru desu. Yoroshi..."

"Takeru-san, bisa kita memulai rapatnya?" potong Kenichi cepat.

Takeru mengangguk meski dalam hati dia merutuki sikap Akiyama Kenichi yang menurutnya kurang sopan.

"Jiro-jiro mite nanda yo!" ketus Takeru saat melihat sekretaris Akiyama Kenichi yang melihatnya penuh damba.

Sasaki hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah putra bossnya yang sedikit arogan ini.

Nah, sekarang siapa yang tidak sopan sebenarnya?

Kenichi yang memotong perkenalan, atau Takeru yang berkata, 'Apa kau lihat-lihat!' pada sekretaris klien ayahnya?

Mungkin keduanya, sama tidak sopannya.

***

(TAKAHASHI SHINSUKE POV)

Aku membuka pintu di salah satu kamar kediaman Akiyama Kenichi sambil membawa susu coklat hangat dan beberapa potong sandwich.

"Ohayou, good morning," sapaku pada Kenkyo yang masih betah berbaring di kasurnya.

"Ohayou mou, Nii-san," balasnya lemah.

Detektif Kang berkata hanya 6 jam saja pengaruh statin itu pada Kenkyo, tapi kenapa aku tidak merasa Kenkyo mengingat sesuatu. Untung lah aku memintanya untuk melakukan test kemarin, kurasa hari ini hasilnya akan keluar.

"Minumlah susu ini, sarapan sudah aku bawakan juga untuk Kamu. Besok, kita jalan-jalan. Hari ini, aku sibuk." Aku mengatakannya tanpa mengalihkan sedikitpun pandangan mataku pada dirinya.

Dia mengambil susu coklat kesukaannya. Remajaku ini memang sangat menyukai coklat dan semua makanan yang manis-manis.

"Nii-san, kenapa kita bisa berada di sini? Seingat Kenkyo ...."

"Ssstt ...." Aku memotong perkataannya. Ia menurut.

Chuu~

Aku mengecup singkat bibirnya.

Dia membulatkan matanya.

Aku tersenyum dan mengecup bibirnya sekali lagi.

"Nii-san?!" Lirihnya dengan nada keterkejutan.

"Nani?" (Apa?) Aku berujar santai, padahal jantungku pun berdebar tak karuan.

"Kami-sama!" pekiknya penuh keterkejutan. Ia mengubur tubuhnya di balik selimut. Aku sedikit menyeringai.

"Anggap saja itu sebagai ...." Aku menggantungkan kalimatku untuk mendapatkan atensinya.

Dan, berhasil! Dia menatapku penuh minat sekarang.

"Seperti permintaan maaf, morning kiss, dan ungkapan bahwa aku mencintaimu. Daisuki dayo, daisuki desu Kenkyo-koibito."

Ucapanku sukses membuatnya tersipu malu.

"Tidak romantis!" cibirnya

Kheh! Tidak romantis katanya? Tapi kenapa dia tersipu? Tidak romantis saja dia sudah memerah begitu.

"Gomen, nanti kalau waktunya tepat, aku akan beromance padamu, hm?" ucapku padanya kemudian.

Dia mengangguk. Aku mencium pipinya, kiri-kanan lalu berpamitan.

Tugas menantiku.

***

Detektif Kang menantiku di sebuah rumah sakit. Dia memintaku kesana untuk mengambil hasil tes darah dan urine Kenkyo.

"Mengejutkan! Ini bukan Statin golongan lipitor. Tapi Scopolamine, Sukie-kun," ucapnya memulai penjelasan atas hasil pemeriksaan Kenkyo. Rae Ah memang sering memanggilku dengan panggilan 'Sukie-kun' padahal namaku Shinsuke. Tapi, terserah pada Rae-ah sajalah. Semua perempuan 'kan memang suka berbuat sesuka hati.

Aku tetap diam mendengar penjelasan detektif muda ini. Sudah kuduga, ini bukan sekedar obat statin.

"Scopolamine dalam dosis tinggi dapat menyebabkan hilang ingatan. Dalam kasus Kenkyo-san, dia tak akan ingat apapun dari waktu penculikan sampai kita menjemputnya kemarin." Detektif Rae-ah masih setia dengan penjelasannya.

Aku tau jenis obat ini. Obat ini biasanya dapat menyebabkan halusinasi kuat. CIA menggunakan obat ini sebagai bagian dari interogasi perang dingin.

Aku juga tau kalau obat ini berasal dari pohon yang ditemukan di sekitar Kolombia, dan di sebut 'borrachero', atau harfiahnya berarti 'pohon yang akan membuatmu mabuk'.

Obat ini sering di sebut The Devil's Breath, ya... nafas setan!

"Satu gram Scopolamine sama dengan satu gram Kokain. Dan lebih buruk dari serangan Anthrax. Ini sangat mematikan!" ucap Rae-ah lagi.

KUSO!

Brengsek!

Siapa yang tega melakukan ini?!

"Tidakkah kita juga memvisumnya, ya maksudku ...."

"TIDAK!"

Aku sudah tau maksud kekasih detektif Lee ini. Well, dia menanyakan keperawanan istriku. Aku tidak perlu visum, aku akan mengeceknya langsung nanti.

Sebentar, aku jadi teringat kedekatan tak biasa detektif Kang dengan detektif Moo. Tak sengaja kemarin aku melihat mereka.

Aku mencurigai Detektif Moo, dan bagaimana jika Rae-ah pun terlibat?!

Sial!

Otakku membeku sekarang.

Aku tak bisa berpikir jernih. Pikiranku hanya tertuju pada Kenkyo saja.

Sebenarnya, terbersit ketidakrelaan jika benar dia sudah tidak ... akh! Bicara apa aku?

Kenkyo-koibito tetaplah gadisku meski apa pun yang terjadi.

Jika benar dugaan Detektif Kang, bukan salah Kenkyo, 'kan? Kenkyo-ku hanya lah korban.

"Sukie-kun?" panggil Rae-ah lagi.

Aku menoleh tanpa menjawab.

"Kita harus ke kantor sekarang, setengah jam lagi rapat akan di mulai," ucap Rae-ah mengingatkanku.

Aku mengangguk singkat.